Kamis, 03 Januari 2013

Cerpen "Hanya Tanah Kubur Yang Kau Tinggalkan"



HANYA TANAH KUBUR YANG KAU TINGGALKAN
Karya : Sri Mulyani

Dia. Yah dia yang aku pikirkan saat ini, yang aku rindukan, yang aku tidak tahu keadaannya, yang aku lukiskan keindahan pribadinya, yang aku bayangkan setiap senyum manisnya. Dulu dia selalu tersenyum ramah, yang selalu menyapa keramahan alam, menyapa keramahan dirinya sendiri. Dia yang selalu memikirkan orang lain. Dia yang selalu menolong dengan ketulusan, yang selalu menyapa disetiap apa yang dijumpainya. Sekalipun itu kupu-kupu yang entah sengaja hinggap atau tidak sengaja hinggap di pundaknya, seakan ingin mengajaknya bercanda. Dia yang sedari kecil aku kenal dengan keunikan yang ada pada dirinya. Dia cantik juga manja. Kebersamaan yang tak pernah terputus di mana ada dia disitu ada aku. Yah pasti ada aku yang siap menjaganya. Tapi, sekarang aku tak tahu dia dimana, dia yang dulu tak lepas dari penjagaan mataku, dan sekarang mataku tak mampu menembus atau bisa menemukan dia di mana. Sekalipun itu bayangannya.
Sejak kepindahan keluargaku ke luar kota, dikarenakan ayahku harus pindah kerja ke kota lain, memaksaku untuk ikut keluarga pindah ke tempat ayah ditugaskan oleh perusahaannya. Memang sedih, karena aku harus meninggalkan sahabat terbaikku sedari kecil hingga kini sudah SMA. Lulus SMP aku harus ikut ayah pindah ke luar kota, awalnya aku menolak untuk ikut, dan ingin di sini saja. Di kota yang penuh kedamaian, kesederhanaan dan pastinya kota yang terkenal dengan sebutan kota pelajar itulah kotaku Yogyakarta. Tapi, yang memperkuat aku tidak ingin ikut keluarga pindah, yaitu Intan. Intan sahabatku sedari kecil. Tapi. Ayah tetap memaksaku ikut dengan mereka, dengan alasan “kalau kamu di sini, siapa yang menjaga serta mengontrolmu, ayah tidak mau kamu merepotkan nenekmu, sedangkan kamu adalah tanggungjawab ayah. Dan kamu anak satu-satunya ayah. Ayah ingin merawat kamu, Nak, dengan cinta kasih ayah kepadamu!” Alasan penuh ketulusan inilah yang tak berani untukku menolaknya.
Aku pun mempersiapkan apa saja yang akan dibawa ke kota yang baru yaitu Jakarta. Kota yang menurut berita, kota metropolitan. Kota yang terkenal dengan kemacetan, kebanjiran, dan gedung-gedung pencakar langit. Dari gambarannya saja aku tak menyukainya. Tapi ya mau bagaimana lagi. Aku harus ikut, dan besok pagi tepatnya pukul 08.00 aku dan keluarga harus terbang ke Jakarta. Karena sibuknya dengan keluarga yang mempersiapkan apa saja yang hendak dibawah, juga ngobrol-ngobrol dengan keluarga besar karena besok kami akan pindah. Aku lupa, bahwasanya aku punya sahabat. Sahabat yang dimana ada dia pasti di situ ada aku. Aku lupa mengiriminya surat, ataupun pamitan padanya. Di situ ada penyesalan, kenapa aku bisa lupa.
Malam ini, keindahan bintang sangatlah indah, dengan kearifannya memberi ketentraman pada setiap jiwa yang melihatnya. Memang ia tampak kecil di kejauhan sana, di tempat tertinggi yang siapapun sulit menjangkaunya, kecuali mereka, para Astronot. Aku pun menikmati, mengandaikan, seandainya aku masih di Jogja, tentu aku sekarang lagi bersama Intan. Menikmati malam berbintang ini berdua, bercanda, karena kebetulan rumah kami berdekatan. Sudah tiga tahun aku di Jakarta, tanpa pulang ke Jogja, tanpa kabar pula dari Intan. Kesibukanku membuat aku sedikit lupa padanya. Namun tak kupungkiri dikala malam dan sendirian, aku merindukannya.
“Lagi apa ya Intan, mungkin sekarang dia juga sudah kuliah, pasti dia tambah cantik, hemmm, kenapa tidak aku main saja ke Jogja, atau aku kuliah saja di sana, sekarang kan aku sudah lulus SMA, dan ingin masuk kuliah, kenapa aku tidak kuliah di sana, dengan begitu aku bisa ketemu Intan lagi.” Gumamku seakan aku mengajak rumput yang goyang berbicara.
“Ma, Mama..”
“Iya Rio, ada apa? Kok teriak-teriak sih, sini Mama di kamar”
“Ma, Rio kan sudah lulus SMA, dan nantinya akan masuk kuliah, hemm boleh tidak Rio memilih sendiri mau kuliahnya dimana”
“Iya sayang, memang kamu harus memilih sesukamu, Mama tidak mau memaksamu dalam hal ini, kamu berhak untuk memilih sesuai dengan bakat dan minatmu, Mama dukung saja, dengan uang, hehe” Canda Mama
“Kalau begitu, boleh Rio kuliah di Yogyakarta”
Mama terdiam.
“Boleh yah Ma, Rio rindu Jogja, rindu Malioboro, terutama rindu  Intan, Ma” Jawab Rio memelas
“Baiklah, kalau itu sudah keinginanmu, nanti Mama coba bicara sama Papamu.”
“Asiikkk, makasih ya Mamaku tersayang,” Rio langsung memeluk Mamanya
“Dasar anak manja”
“Hehehe”
Jogja. Akhirnya aku kembali ke lingkunganmu Jogja, lingkungan yang penuh keramahan kota, keramahan orangnya nan bersahaja. Tidak seperti disini. Setelah mendapat persetujuan dari orangtuanya. Rio pun tak ingin memperpanjang waktu. Dia langsung bergegas bersiap-siap untuk pergi ke Jogja dan kuliah disana. Tepatnya siang nanti, pukul 13.00 Rio akan terbang ke Jogja dengan pesawat Lion Air. Tidak harus menunggu berjam-jam untuk tiba di Jogja, belumlah habis satu lagu yang di dengarnya. Pesawat sudah sampai. Betapa gembiranya hati Rio, karena akhirnya dia bisa kembali ke Jogja. Awalnya dia akan menginap di rumah nenek. Tetapi, di perjalanan dia berpikir lain. Kembali dia teringat Intan. Sebaiknya aku ke rumah Intan terlebih dahulu, sambil memberi kejutan, karena sudah 3 tahun lamanya kita berdua tanpa kabar. “Pasti sekarang  dia sudah dewasa, dan cantik, bisa-bisa aku suka padanya, hehe” Gumamku.
Tanpa sadar, lamunan Rio telah membawa dia ke depan rumah kecil, dan sederhana, rapi, dan indah karena di depan rumah itu terdapat halaman kecil yang ditanami bunga-bunga yang semakin mempercantik rumah mungil itu. Tapi, kok sepi ya. Tanpa pikir panjang Rio pun turun.
“Assalammualaikum” Rio mengetuk rumah itu dengan diikuti ucapan salam
Lama tak terdengar ada orang menjawabnya, Rio pun kembali mengucapkan salam dan tak jua menemukan jawaban. Kemana ya orang di rumah ini. Intan juga kemana kok dia tidak membukakan pintu. Lalu, aku berinisiatif untuk bertanya dengan tetangga.
“Pak, maaf, mau numpang tanya.?”
“Oh ya, mau tanya apa ya, Mas”
“Pak Bowo pemilik rumah itu kemana yah, kok sepi sekali. Intan juga tidak ada sepertinya”
“Oh pak Bowo. Biasanya pak Bowo dan istrinya, Bu Lastri. Kalau hari jum’at sore sering ke pemakaman”
“Ke pemakaman, memang siapa yang meninggal, Pak. Kalau boleh saya tahu?”
“Yang meninggal anak Pak Bowo yang satu-satunya itu, Intan. Ya sekitar satu 2 minggu yang lalu. Kalau boleh saya tahu. Mas ini siapa yah?”
Lama Rio tak menjawab pertanyaan Bapak itu. Dia tenggelam dalam ombak yang menggulung dirinya yang siap membawanya pergi jauh di kedalaman lautan. Setetes demi tetes airmatanya jatuh bak hujan yang jatuh kebumi tanpa ada yang mampu menghalanginya. Teriakan hati, menjerit bak pentir yang siap menyambar dan melululantahkan apa yang ia benci. Hatinya hancur, harapannya sia-sia. Kebahagiaan karena ingin berjumpa dengan seorang sahabat yang amat dia sayangi, penantian panjang pun lebur dengan sekajab saja tanpa penuh rasa kasihan sedikitpun.
“Saya Rio, Pak. Temannya Intan dari Jakarta. Terimakasih Pak atas informasinya. Dan sebaiknya saya menyusul saja ke makamnya”
Sambil berjalan Rio tak hentinya menangis, kenapa Intan meninggalkanku. Kamu jahat Intan, bukankah kau berjanji persahabatan kita tidak akan terpisahkan. Intannnn……teriaknya penuh penyesalan karena meninggalkan Intan ke Jakarta begitu saja tanpa pamit padanya. Tibanya di pemakaman. Rio mendapatkan Pak Bowo dan Bu Lastri sedang mendoakan Intan. Tampak sekali wajah penuh kehilangan di kedua wajah orang tua itu.
“Assalammualaikum, Pak” Sapa Rio
“Waalaikumsalam” Kedua orang tua itu menjawab sembari menoleh, siapa yang datang. Ada suatu kepanglingan di antara wajah kedua orangtua itu melihatku.
“Kamu siapa ya, Nak?” Tanya mereka
“Bapak dan Ibu tidak mengenali saya,? Saya Rio Pak, Bu. Temannya Intan dulu. Teman Intan sedari kecil hingga kami SMP, dan SMA saya pindah ke Jakarta karena ikut orangtua.”
“Owalah Nak Rio toh, kapan sampai Jogja,?”
“Baru saja, Pak, Bu. Tadi saya ke rumah Bapak dan Ibu. Kata tetangga mungkin Bapak sama Ibu ada disini, lalu saya menyusul dan ternyata benar. Bapak dan Ibu memang ada disini. Kalau boleh saya tahu Pak, apa yang menyebabkan Intan meninggal. Apakah dia sakit,?” Tanya Rio ingin tahu
“Iya, Nak. Intan sakit. Dia mengindap kanker otak stadium akhir. Kami, orangtua tidak tahu kalau Intan mengindap penyakit yang membahayakan itu. Karena anaknya tampak selalu sehat. Tapi memang seminggu terakhir, dia sering mengeluh karena sakit kepala. Sering kami ajak ke dokter tapi dia menolak dengan alasan hanya pusing biasa, mungkin karena kecapek’an. Tapi ternyata, Intan mengindap kanker ganas. Sudah dua minggu dia pergi dari kita. Tapi, sebelum dia pergi. Tempo hari, dia pernah cerita sama ibu. Kalau dia rindu sama Nak Rio. Dia sering bertanya kok Rio jahat yah Bu, tidak pernah mau lihat Intan lagi disini. Pergi tanpa pamit sama Intan. Eh tidak tahunya dia pidah ke Ibu kota. Itupun kalau Intan tidak mencari tahu ke rumah neneknya, mungkin Intan tidak tahu dia hilang kemana. Begitulah Nak ceritanya. Intan sangat kehilangan Nak Rio 3 tahun ini. Dia lebih suka murung di kamar, tidak pernah keluar rumah, dan lebih suka menulis buku Diary.”
“Maafkan saya Bu, kemarin Rio buru-buru. Kalau boleh Rio mintak sesuatu, boleh tidak Rio meminjam buku Diary Intan. Sebagai balasan rasa rindu Rio pada Intan.”
“Oh boleh, Nak. Ayo kita pulang kerumah Ibu”
Mereka pun akhirnya pulang, tidak butuh waktu yang lama untuk sampai ke rumah Intan. 15 menit sudah mereka berbincang menuju rumah. Kini mereka sudah ada di depan pekarangan rumah. Bu Lastri langung masuk rumah dan mengambil buku Diary milik Intan. Setelah memberikannya kepada Rio. Rio pun pamit pulang ke rumah neneknya. Karena daritadi neneknya sudah menelpon. Khawatir kok belum sampai juga kerumah. Rio pun pulang dengan membawa buku Diary milik Intan. Paling tidak ada suatu benda yang bisa membawanya kepada Intan. Yang siap membalas rasa rindunya kepada Intan. Sahabat karibnya itu.
Setiba di rumah nenek. Rio di sambut gembira oleh nenek dan langung menyuruh Rio makan. Usai makan Rio permisi untuk istirahat. Karena merasa sangat lelah. Bukan kelelahan fisik, melainkan kelelahan hatinya dalam menunggu perjumpaannya dengan seseorang yang akhirnya orang yang ia sayangi telah pergi meninggalkannya. Ini pembalasan yang jauh lebih kejam daripada apa yang telah dia lakukan dengan Intan. Dia masih bisa pergi ke Jakarta dan kembali pulang ke Jogja. Nah kalau Intan, mana mungkin bisa pulang ke Jogja, termasuk ke sudut kecil disisi kota manapun. Ungkapnya dalam hati.
Sambil berbaring, Dia membuka lembar demi lembar buku Diary itu. Sesekali dia tertawa karena menemukan tulisan Intan yang lucu mengocok perutnya. Sesekali juga dia menyesal, karena mendapati tulisan Intan yang menyeyet hatinya. Disitu dituliskan “Rio Jahat sudah meninggalkan Intan”. Maafkan aku Intan, bukan maksudku seperti itu. tapi, mau apa lagi, tak ada alat yang bisa kubuat untuk memutar waktu kembali ke masadulu, jika alat itu ada, pasti sudah ku putar kembali, dan tidak akan kutinggalkan kamu lagi. Lalu dia melanjutkan lagi membuka lembar demi lembar Diary Intan. Ada sesuatu yang membuat dia kaget, sedih, menyesal, menangis, dan tentu sesuatu yang dia tidak percaya pada tulisan intan :

Dear Rio
Temanku, sahabatku, pahlawanku, Yang selalu ada kemanapun aku berada, Yang selalu menjagaku, dan yang selalu menyayangi aku. Dulu, saat kita masih kecil. Kamu selalu membelikan aku ice cream, selalu membonceng aku ke sekolah pakek sepeda. Dan dulu kita di bilang pacaran. Saat itu kita sempat marah, karena dulu kita masih terlalu kecil untuk memahami dan mengetahui apa itu pacaran.
Dulu selalu kudapati kamu, kapanpun aku membutuhkanmu, kamu selalu menjagaku tanpa aku memerlukanmu, kamu selalu menghiburku dengan tingkah konyolmu itu. walau saat itu, aku tidak dalam keadaan sedih.
Tapi sekarang, aku tidak tahu kamu dimana Rio-ku, Rio yang selalu menjaga aku, Rio yang selalu membelikan aku ice cream, Rio yang selalu membonceng aku, Rio yang selalu membuat aku tertawa, dan Rio yang selalu membuat aku bahagia. Kamu dimana Rio. Kamu dimana?
Aku berteriak memanggilmu disini, tapi kamu tidak juga datang, tidak seperti dulu. Aku memohon kamu menemui aku, tapi kamu diam saja disana, seakan kamu tidak mendengar suara parauku memanggilmu. Aku menangis merindukanmu, tapi kamu tertawa di sana. Aku menyanyangimu Rio. Aku butuh kamu. Tapi, kamu pura tak mendengar teriakanku. Aku sakit Rio. Tapi, kamu diam saja tanpa berbuat sesuatu. Kamu jahat. Kamu jahat.
Sayang, yah baru saja aku menuliskan kata sayang. Mengungkapkan rasa sayang di buku ini. aku sendiri tidak mengerti Rio, rasa sayang apa ini, rasa sayang sahabat atau rasa sayang karena sekarang kita sudah dewasa dan mengerti cinta. Entahlah, tapi benar ini adanya, aku menyayangimu, aku kehilanganmu yang dulu selalu menjagaku. Kau sahabat karibku. Kamu ingat Rio, pernah kita mengucapkan ikrar. Bunyinya “Dimana ada Intan, disitu harus ada Rio”, juga “Dimana ada Rio disitu juga harus ada Intan” lalu kita berteriak yeee sahabat selamanya.
Rio, banyak cerita yang ingin aku ceritakan kepadamu, tapi kenapa kamu tutup telinga di sana. Aku juga ingin mengajakmu main. Tapi, kamu terlalu sibuk di sana. Aku juga ingin mengajakmu makan nasi kucing di sini. Di angkringan Pak Towo, ingatkan!. Tapi, mungkin kamu sudah lupa sama makanan Jogja seperti itu. Aku ingin kamu pulang, dan kembali. Tapi, sepertinya memang kamu telah pergi. Kalau begitu aku juga ingin pergi Rio, jika kau begitu. Aku sendirian disini. Sedangkan aku selalu hidup bila bersamamu. Pulanglah Rio, temui aku dalam penantianku ini, atau aku juga akan pergi. Pergi bersama kerinduanku padamu. Dan biarlah angin yang membawamu kesini.
Aku tidur dulu ya Rio. Hari juga sudah malam. Aku lelah menunggumu setiap malam, juga setiap hari. Tapi kau tak kunjung datang. Aku mau tidur, semoga Tuhan memelukku, seperti halnya dulu kamu memelukku saat aku jatuh dari pohon rambutan di belakang rumahku. Saat itu kita jatuh bersama dan tertawa. Tapi saat ini, aku ingin di peluk Tuhan bersama kesedihanku karena kau terlalu jahat dan sudah terlalu lama meninggalkanku. Hingga aku pun mati, hatiku mati, hidupku mati. Pulanglah Rio. Temui aku, dapati aku, dan bangunan aku.

By INTAN
Intan. Maafkan aku Intan, aku juga menyayangimu. Aku menyayangimu lebih dari sekedar sahabat. Semoga Tuhan lebih menyayangimu di sana. Maafkan aku yang tidak bisa menjadi yang sempurna untukmu. Tapi, Tuhan akan menyempurnakan cintaku padamu. Cinta yang dulu tumbuh karena persahabatan, dan sekarang cinta itu tumbuh. Karena kedewasaan kita. Meski aku teramat menyesal, karena terlambat mendapatimu, Intan. Belum sempat juga mengatakan cinta padamu. Ternyata ada yang lebih dulu menyayangi dan menginginkanmu. Yaitu Dzat Yang Maha Sempurna, yang lebih bisa memberi kesempurnaan cinta. Yang lebih kekal. Semoga cinta Tuhan telah engkau dapatkan di sana sebagai penebus kesalahanku padamu. Dan sebagai penebus penantian panjangmu padaku.

                                                                        Yogyakarta, 04 Januari 2013; 00:45 WIB

Rabu, 02 Januari 2013

ARTIKEL "PLAGIAT JUGA KORUPSI"



PLAGIAT JUGA KORUPSI
Oleh : Sri Mulyani

Plagiat atau plagiator. Tentu bukan hal asing lagi bagi kita mendengar kata-kata itu. Orang yang diberi gelar plagiator sama halnya pencuri, karena mengambil milik orang lain tanpa izin. Plagiator sama dengan korupsi. Sama-sama mengambil milik orang lain tanpa rasa malu.
Bentuk plagiat yang biasa dilakukan oleh seorang plagiator pada umumnya menjiplak atau mengambil tulisan orang lain tanpa seizing dari hak cipta itu sendiri. Plagiator bisa disetarakan dengan korupsi yang sama-sama merugikan pihak-pihak yang dirugikan oleh perbuatannya yang tidak bertanggungjawab itu. Seorang korupsi, biasanya yang dikorupsikan adalah berupa materil, dengan cara mengambil milik orang lain yang berupa uang, dan biasanya hal ini sering dilakukan oleh pemimpin pejabat negara, seperti anggota Dewan, Bupati, Para Menteri dibidang politik, yang merasa kekuasaan ada diatas tangan mereka. Namun, perlu diketahui bahwa korupsi tidak hanya biasa dilakukan oleh para pejabat negara, pemimpin negara yang berkuasa, tetapi korupsi juga bisa dilakukan  dalam dunia pendidikan seperti guru dan dosen, siswa dan mahasiswa. Mengapa dikatakan guru dan dosen, siswa dan mahasiswa juga bisa melakukan praktek korupsi, padahal kita tahu bahwa menjadi guru atau dosen, menjadi siswa dan mahasiswa apa yang mau di korupsi. Tentu timbul pertanyaan di benak kita, gaji guru kecil, dan siswa apa yang mau dicuri, sedangkan kebanyakan dari siswa adalah belajar belum difokuskan untuk bekerja. Jawabannya sederhana sekali. Yakni dengan cara plagiat. Kenapa dikatakan plagiat sama halnya dengan korupsi. Dan kenapa seorang plagiat disamakan dengan seorang korupsi. Padahal dari struktur dan cara pengambilan hak milik orang lain, dan yang diambil pun berbeda.
Coba kita pikir, dan mencernanya dalam kehidupan khususnya. Semua bisa menjadi seorang korupsi. Karena korupsi tidak hanya berbentuk uang saja tapi juga bisa dengan cara mengambil karya orang lain. Dalam dunia pendidikan, misalnya kita contohkan saja. Seorang guru atau dosen bisa memplagiat tulisan orang lain, misalkan saja dalam bentuk karya ilmiah. Mengapa seorang guru atau dosen harus mengambil karya orang lain. Bukankah dia adalah seorang guru yang berintelektual. Bukankah dia juga bisa menghasilkan tulisan sendiri yang mungkin lebih bagus dari apa yang dia curi.
Karya ilmiah yang telah dicuri tentu banyak sekali kegunaannya. Bisa saja, karya itu dijadikan sebagai bahan untuk mengisi seminar, dan kebetulan guru tersebut ditunjuk sebagai nara sumber. Atau bisa juga, karya ilmiah yang diambil tersebut digunakan untuk tesis (S2). Bagi guru atau dosen yang mengambil karya ilmiah orang lain, tanpa seizing penulis aslinya, lalu dia dengan lincah dan dengan beraninya mempresentasikan hasil tulisan itu di depan semua orang di forum seminar, sebutkan saja. Bagi orang yang melihatnya, dia bisa dikatakan nara sumber yang cerdas, smart dan intelektual, dan dari hasil presentasi tersebut. Dia mendapatakan penghargaan, lalu pulang membawa amplop (uang). Uang dari hasil mencuri karya tulis orang lain.
Penulis tidak menunjuk siapa pelaku dan siapa orangnya, karena hal semacam ini bukanlah hal yang baru bagi kita. Itu hanya sebagai contoh  bahwa korupsi tidak hanya dilakukan oleh orang-orang politik yang berkuasa tetapi hal yang sederhana pun bisa dikorupsi dengan cara mengambil karya tulis orang lain.
Siswa dan mahasiswa juga bisa menjadi seorang korupsi, yaitu korupsi cilik yang baru belajar mengambil hak milik orang lain. Padahal, kemajuan negara tidak hanya terletak pada kejujuran pemerintah saja, melainkan juga ada partisipasi dari masyarakat dan peserta didik yang sedang mengenyam ilmu agar menjadi SDM yang bermutu, berkualitas, jujur, dan berkarakter. Yang diharapkan dapat membawa perubahan dimasa yang akan datang, serta mampu menjadi jiwa anak bangsa yang berkarakter, menjunjung tinggi martabat bangsa, dan guru harus bisa menjadi pembimbing yang baik, dan dapat mengasuh anak didik dengan baik tanpa keluar dari kodrat alamnya. Seperti asas Ki Hadjar Dewantara dengan simbol Tutwuri Handayani yang harus bisa diterapkan untuk menjadikan anak bangsa yang berpendidikan karakter.
Bagaimana bangsa ini akan menjadi bangsa yang berkarakter, juga berpendidikan karakter, jika siswa dan gurunya sudah berani menjadi bagian dari korupsi. Meski hanya baru menjadi korupsi cilik yang memplagiat tulisan orang lain. Bagaimana mungkin kita bisa berteriak bahwa pemerintah biangnya korupsi dan banyak mengorbankan masyarakat, sedangkan seorang siswa dan guru saja berani melakukan plagiat. Namun, tidak semua siswa dan guru demikian. Itu hanyalah gambaran masyarakat Indonesia saat ini. Dari hasil pengamatan mata kita sendiri. Masih banyak diluar sana siswa dan guru yang masih dengan setianya menjunjung tinggi kejujuran, lebih berpikir positif dan giat mengerjakan sesuatu sendiri, dan membuat mereka bangga bahwa mereka bisa menghasilkan sesuatu dengan tangan dan pikiran mereka sendiri tanpa harus mengambil milik orang lain.
Budidayakanlah karakter kebudayaan. Berpendidikan karakter yang baik. Jangan mau menjadi korupsi cilik dengan menyandang nama Sang Plagiator. Hidup Indonesia! Hidup Mahasiswa!

Senin, 24 Desember 2012

Artikel



PENIPUAN ONLINE
Bagi Anda yang suka membeli barang online, harap berhati-hatilah. Karena membeli barang online ada dua kemungkinan terjadi. Kita untung atau malah kita buntung alias rugi. Banyak sekali fenomena yang terjadi dikalangan masyarakat sebagai konsumen pembeli produk secara online. Banyak sekali pihak-pihak yang ikut serta berpartisipasi dalam meramaikan dunia internet khususnya usaha melalui online. Promo barang secara online, menjual barang secara online. Yang harga ditawarkan cukup menggiurkan karena relatif lebih murah dengan casing luar barang yang menarik. Hp misalnya. Banyak sekali kita melihat berbagai merk hp yang dijanjikan harga murah. Alhasil kita sebagai pengamat dan penyuka barang tersebut tergoda untuk membeli. Jarak jauh tak membuat Anda peduli dengan keamanan, tanpa tatap muka tak mengurangi rasa percaya Anda kepada penjual barang.
Penipuan online telah terjadi pada seorang konsumen di wilayah Yogyakarta, yang di tipu oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab mengaku sebagai dari pihak kepolisian. Mengatasnamakan Bandara Adi Sucipto, dan mengatakan telah terjadinya penyelundupan barang melalui paketan atas nama korban, dan meminta korban untuk datang mempertanggungjawabkan itu semua secara hukum. Saat di temui di Bandara, sesuai dengan perjanjian antara Si penelpon dan korban penipuan. Si penipu tidak berani memunculkan batang hidungnya karena jejak mereka ketahuan sebagai penipu, dan hendak menipu korban dengan tujuan uang bisa juga penculikan. Saat di konfirmasi ke pihak Bandara Adi Sucipto, tidak ada pengledahan barang, dan Si Penipu saat ditanya kantornya dimana juga tidak menjawab. Mengaku sebagai polisi tapi semua dijadikan kedok untuk mengelabuhi korban. Karena merasa jejaknya ketahuan, si Penipu kembali mengaku mereka di Pontianak dan Sumatra. Aneh bukan?
Jadi, buat Anda pencinta online, harap berhati-hati membeli barang online. Pastikan tempat anda membeli bisa di percaya, dan adanya kesepakatan yang baik sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Membeli barang online, diharapkan Anda mengetahui ID penjuan, KTP atau SIM. Tempat lokasi, transaksi pembayaran. Karena semua itu penting agar Anda tidak menjadi korban penipuan yang sekarang lagi marak-maraknya di masyarakat. Kemudian, bila ada pihak yang tidak bertanggungjawab menelpon Anda atas barang yang Anda pesan. Sebaiknya di konfirmasi dengan petugas keamanan setempat terlebih dahulu. Agar Anda tidak menjadi korban. Baik korban uang ataupun penculikan. (Sr.)

Kamis, 25 Oktober 2012

kata

ketika hati merasa tersakiti, sempit, dan risau. mengapa manusia langsung menelpon teman, sms teman, jika tidak menemukan jawaban yang memuaskan. lalu manusia itu menghubungi teman yang lain lagi, dan seterusnya hingga ia menemukan jawaban yang memuaskan. namun, ketika jawaban itu tak juga bisa menghibur hatinya. mengapa manusia itu lalu mengeluh, padahal ada yang lebih baik untuk mengadukan semuanya. yang maha mendengar, serta maha mengasihi, tapi mengapa seringkali manusia itu tidak bisa melihat itu dan semakin sakit ia merasakan sesuatu yang menghimpitnya semakin marah ia dengan semua yang menyebabkan itu terjadi. mengapa demikian. karena manusia itu tidak mengerti dan tidak bisa melihat bahwa Tuhan itu ada dan telah menunggu kapan hamba_Nya berlari pada_Nya. dan mengadu..dan dari kebanyakan manusia lebih banyak mengeluh dan menyalahkan penyebab datangnya himpitan itu. padahal jika manusia itu mengerti ada baiknya dia bersyukur. #matahati


__jiwa yang selalu tenang dan bahagia adalah jiwa yang tidak menjadikan hidup adalah beban. jiwa yang tidak merasakan risau adalah jiwa yang selalu ikhlas. dan jiwa yang selalu menang adalah jiwa yang selalu sabar. dan jiwa yang selamat adalah jiwa yang  berani memerdekakan hamba sahaya.#matahati

__ketika kamu tidak menemukan jalan keluar yang bisa membebaskan kamu dari belenggu yang telah membelenggu lehermu. hingga kau pun tak mampu bernafas bebas. bersabarlah lalu bersyukurlah dengan ucapan syukur karena kau mengalami hal buruk yang demikian. dengan begitu kau mensyukuri jika kau sedang di perhatikan. jika kamu paham#matahati

__jadikanlah dirimu itu miskin dimata manusia, namun kayakan dirimu di depan Tuhan_Mu. jadikanlah dirimu itu sederhana sekalipun engkau kaya. dan jadikan hatimu murah seperti kemurahan Tuhan-Mu..dan jadikanlah dirimu orang murah tangan seperti kemurahan Tuhan-Mu yang suka memberi rejeki dan engkaupun murah tuk bersadakah#matahati

___ketika kau sangat menyukai sesuatu dengan penuh harapan dan sangat ingin memilikinya namun tidak kamu dapattkan. jangan lanjutkan dan serahkan kepada yang sudah menanginya.
 


Rabu, 24 Oktober 2012

goresan pena



CINTA LHEYA

Terik matahari disiang ini membuat Lheya harus mandi dengan keringatnya sendiri. Aktivitas yang ia lakukan membuatnya merasa lelah. Keseriusannya yang bekerja sebagai seorang penjual bunga, mengantar bunga bila ada yang memesan  dan meminta untuk langsung diantarkan.
Dengan kesibukannya siang ini, ia mempercantik hiasan bunga – bunga, mulai dari yang didalam bungkusan plastik, dan juga yang tertanam didalam pas bunga. Sedang asyik menata bunga tiba – tiba terdengar bunyi dering suara telepon.
“kring…kring…kring…”
“Halo…selamat siang” jawab Lheya dalam telepon
“Siang..” terdengar orang menyahut dari dalam gagang telepon
“Dengan  siapa, dan ada yang bisa saya bantu ?” Lheya menyapa dengan ramah
“Saya ingin memesan lima tangkai mawar merah, dan tolong langsung diantar ke alamat ini Jalan Raya Ranggunan No. 428 oke !” pinta si pembeli yang belum menyebutkan namanya.
“Baiklah, tapiii….kalo boleh saya tahu atas nama siapa ya ?”
“Sebutkan saja from Ferdi, buat Elisa terkasih” jawab si pembeli dengan malu – malu  sambil tersenyum kecil saat Lheya menanyakan hal itu.
“Oke…terimakasih sudah membeli bunga di toko kami, untuk pembayaran bisa langsung diantar atau transfer melalui rekening saya 556725140 BCA atas nama Lheya, terimakasih..” Lheya mengakhiri teleponnya.
Selesai menerima order, Lheya langsung menyiapkan lima tangkai mawar merah yang telah dipesan tadi. Karena ini buat  orang yang tercinta lalu Lheya mengemasnya dengan special. Rapi, wangi, dan indah karena akan dipersembahkan untuk seseorang yang terindah pula, 10 menit selesai. Lheya langsung pergi mengantarkan lima tangkai mawar merah ke alamat tujuan.
30 menit berlalu akhirnya Lheya pun sampai kerumah yang disebutkan dalam telepon tadi, rumah yang begitu mewah, nuansa elit, halaman rumah yang tertata  rapi dan bersih penuh kenyamanan memandangnya. Lheya pun langsung terhenyak dan cepat – cepat bangun melihat kemewahan rumah itu.
“Astaga, kenapa aku malah bengong bukannya tujuanku disini untuk mengantar lima tangkai mawar ini. kenapa aku malah bengong” keluhnya menggurutu sendiri. Tanpa pikir panjang Lheya pun langsung mendekati pintu rumah mewah itu. lalu Lheya mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Tak berapa lama terlihat orang membuka pintu dari dalam  rumah.
“Hemmm siapa yah.?” Tanya seorang cewek cantik, putih bersih dan langsing penuh tanda tanya karna tiba – tiba ada seorang mengantarkan bunga mawar merah.
“Ohh ini mbak ada titipan bunga dari seseorang”
“Dari siapa yah mbak ?” tanya cewek cantik itu kembali
“Hmmmm disitu ada namanya mbak, di liat aja.” Jawab Lheya sembil tersenyum kecil
“Terimakasih mbak..” cewek cantik itu tersenyum ramah  karna bahagia mendapat kiriman bunga yang ia tahu itu dari Ferdi kekasihnya.
Lalu Lheya pun pergi meninggalkan rumah mewah itu karena pekerjaannya sudah selesai. Lheya pun kembali ke toko bunganya takut para pelanggan sudah banyak menunggu. Karena kabetulan Lheya membuka usaha toko bunga itu seorang diri setelah ibunya meninggal dunia. Lheya anak tunggal tidak punya saudara lain, kedua orang tuanya semua sudah meninggal semenjak dia duduk di bangku SMA. Pahit memang rasanya ditinggal kedua orang tua seorang diri, manafkahi hidup untuk diri sendiri, demi untuk terus bertahan hidup. Namun, Lheya anak yang rajin, dia dilatih kedua orang tuanya dari kecil untuk tidak menjadi anak yang manja dan bermalas – malasan, apalagi untuk seorang  perempuan. Tidak kaget lagi bagi Lheya menjalani semua  ini seorang diri, yaa walaupun dulu  Lheya mempunyai seorang yang sangat berarti dalam hidupnya, penyemangat hidupnya setelah orang tuanya meninggalkannya seorang diri di dunia yang kejam ini,
Namun, semenjak mereka lulus SMA sahabat yang begitu berarti baginya meninggalkannya dengan melanjutkan study ke Singapore. Mereka begitu dekat, layaknya pasangan kekasaih yang tak kesampaian cintanya. Yaa…karena belum sempat cinta itu terungkapkan mereka sudah terpisah dengan alasan si dia ingin melanjutkan study ke Singapore dengan tiba – tiba tanpa memberitahu Lheya  terlebih dahulu,
Lheya cukup kehilangan, karena sahabatnya itu pergi dengan cara yang misterius, membuatnya bingung harus menghubunginya kemana. Terakhir bertemu saat kelulusan siswa siswa anak kelas 3 SMA Tunas Bangsa.
“Ehh yak, lulus ini kamu mau ngelanjutin kuliah dimana ?” tanya Ferdi sahabatnya itu
“Kamu ngaco deh, mana mungkin aku bisa kuliyah, untuk makan sehari – hari aja aku susah, apa lagi kuliyah, aku kan gak kayak kamu anak orang kaya, lah kalo aku duit dari mana atuhh,,,,” gurau Lheya sama sahabatnya itu
“Hehehe,,,bukannya gitu, kamu kan anaknya pinter, cerdas, rajin, lalu tidak sombong , rajin menabung dan bersedekah “ Lheya langsung memotong setengah omongan Ferdi, mereka pun tertawa terbahak – bahak. Yah begitulah mereka, persahabatan mereka tidak ada yang bisa memisahkan walaupun Ferdi anak orang kaya tapi Ferdi tidak memandang siapa Lheya dimatanya, karena dimatanya Lheya anak yang baik, rajin, dan sopan. Itu sebabnya Ferdi merasa nyaman berada didekatnya.
3 tahun bersama, banyak hal yang telah mereka  lewati, balajar bersama, pulang bersama, tak heran bila mereka dijuluki Romeo dan Juliet. Mereka memang terlihat seperti pasangan kekasih, namun mereka hanya bersahabat. Mungkin ucapan mereka hanya sahabat, hati mereka berdua siapa yang tahu.
Lheya hanya menggambarkan sosok Ferdi dalam diary nya, ia tulis semua tentang Ferdi dalam buku diary nya, dan ternyata dalam diamnya selama ini dia juga mengagumi sosok sahabatnya itu, yang ia sendiri tidak tahu apa hanya sebatas kagum atau mempunyya perasaan lebih. Tanpa sengaja Ferdi membaca diary Lheya saat Ferdi kerumah Lheya untuk belajar bersama. Namun, Lheya tidak mengetahui itu semua. Ternyata Ferdi pun memiliki rasa yang sama namun tak berani untuk mengungkapkan, mungkin malu, takut, atau apalah yang ada dikepalanya.
Singkat cerita menjelang kepergian Ferdi yang hendak kuliyah di Singapore, dia bingung mau member tahu Lheya bagaimana, sedangkan waktu keberangkatan tinggal 1 jam lagi. Kalau dia pergi kerumah Lheya tentunya ia akan ditinggal pesawat, tak ada pilihan lain dengan rasa penyesalannya karena tidak bisa memberitahu Lheya  sebelumnya. Ferdi pun akhinya berangkat dengan pesawat yang ditumpanginya.
Lheya merasa bingung kemana perginya Ferdi kok tidak ada kabarnya sama sekali, Lheya mencoba kerumahnya dan mencari tahu ternyata Ferdi sudah pergi ke Singapore tanpa memberitahunya. Lheya pun menangis tanpa henti, dipikirannya kenapa Ferdi sejahat itu meninggalkannya.
4 tahun berlalu, Lheya pun sudah bisa melupakan Ferdi, sudah bisa tanpa Ferdi, dan sudah terbiasa tanpa Ferdi. Dan 4 tahun sudah Lheya membuka usaha toko bunga untuk menafkahi hidupnya sendiri. Selama 4 tahun itu pula  dia tidak pernah terlihat  berjalan dengan seprang pria. Padahal Lheya gadis yang cantik, mungkin dia tetap setia menunggu seseorang yang ia sendiri yakin seseorang itu akan datang.
Toko bunga Lheya banyak sekali langganan, suatu ketika tanpa ia duga. Ia kedatangan seorang pelanggan yang biasanya hanya memesan bunga lewat telpon.
“Siang mbak ?” orang itu menyapa Lheya
“Siang mas , ada yang bisa saya bantu ?” jawab Lheya dengan ramah tanpa ia mengenali siapa orang itu.
“Saya ingin membeli 1 tangkai mawar merah yang special”
“Wahh wah pasti buat yang special juga ya mas…” ledek Lheya sambil tersenyum kecil
Mereka pun berbincang – bincang seakan ingin mengakrabi antara pelanggan.
“Kelihatannya toko ini banyak sekali pembelinya, banyak pelanggan ya mbak ?” tanya seorang Ferdi setelah mereka berkenalan. Awalnya Lheya sempat kaget namanya sama seperti sahabatnya yang telah meninggalkkannya, wajah nya pun sedikit hampir mirip. Tapi, Lheya menghela dalam hati, tidak mungkin ini Ferdi, jika memang dia kenapa kami tidak saling meneganli, mungkin hanya kebetulan mirip dan namanya sama.
“Ya beginilah mas, Alhamdulillah toko bunga saya setiap harinya memang ramai seperti ini”
“Sudah berapa lama mbak membuka usaha ini, ?” tanya Ferdi seakan ingin tahu
“Sekitar 4 tahun yang lalu” jawab Lheya santai
“4 tahun yang lalu, oh ya nama mbak siapa, biar kita bisa kenal dan saya terus menjadi pelanggan di toko bunga ini”
“Nama saya Lheya”
“Apa ?? Lheya “ Ferdi seakan tersambar petir mendengar nama itu
“Iya saya Lheya, loh kenapa ? kok kaget gitu denger nama saya. Biasa aja kali mas, saya kan bukan artis , hehehe “ ledek Lheya dengan senyuman yang tak lagi asing bagi Ferdi
“Dulu kamu SMA nya dimana ?”
“SMA Tunas Bangsa, emang kenapa sih ? kok malah jadi mengintrogasi saya ?”
Spontan Ferdi langsung memeluk Lheya
“Oohhh Lheya kuu”
Dalam diamnya Lheya mengerti dan paham bahwa yang sedang memeluknya adalah sahabatnya yang telah pergi meninggalkannya 4 tahun yang lalu.
“Kamuuuu Ferdi” tanya Lheya terbata
“Iya Lheya ni aku Ferdi, masih ingatkah ? maafkan aku Lheya yang dulu meninggalkan mu tanpa pamit, tak pernah menghubungi mu, bahkan saat aku ketemu sekarang aku tak mangenalimu langsung” Ferdi mencium tangan Lheya dan menangis penuh haru dengan pertemuan mereka yang tidak disengaja.
Lheya pun memahami dan mengerti arti dari pelukan itu, pelukan penuh kerinduan, Lheya pun tak ingin melepaskan dan ia sama halnya dengan Ferdi sama – sama merasakan kerinduan yang mendalam.
Tanpa disadari dan penuh kebetulan, tiba – tiba “beibh..” terdengar suara perempuan memanggil, pelukan mereka spontan terlepas. Ferdi pun kaget karena yang memanggil itu kekasihnya Elisa.
“Sayangg “ Ferdi menyapa dengan salah tingkah
“Dia siapa ? kok kalian terlihat begitu mesra dan sangat akrab. Ada hubungan apa kalian, atau jangan – jangan kamu selingkuh di belakang aku beibh ?” tanya Elisa penuh tanya dan kesal
“Tolong jelasin sama aku, siapa dia. ?” Elisa mulai terpancing emosinya karena Ferdi lama sekali menjelaskan.
“Emmmhhmm mbak…”
“Sayang, Ferdi memotong omongan Lheya dengan tiba – tiba. Dia Lheya, sahabat ku dulu waktu SMA,” Ferdi mencoba menjelaskan secara singkat
“Kamu gak pernah bilang beibh sama aku, kalo kamu punya temen deket cewek”
“Iya sorry honey “ jawab Ferdi
“Lheya ini sahabat sejati ku, susah senang sudah kami lewati bersama, telah banyak yang kami rasakan dan lalui, aku merasa bersalah karena aku dulu pergi ke Singapore tanpa memberitahunya, aku menyesal, aku sedih, meninggalkan sahabat ku dengan cara yang misterius tanpa jejak. Dan disini tanpa sengaja Tuhan mempertemukan sahabat yang lama aku rindukan.” Ferdi menjelaskan dengan Elisa, agar Elisa tidak salah paham, namun dalam pandangan Elisa penuh tanda curiga, sebegitunya Ferdi sama teman SMA nya ini. Namun, Lheya tak mau mencari masalah dengan curiga yang belum tentu pasti.
“Oohh begitu, hai Lheya, senang berkenalan dengan mu”
“Kayaknya kita sudah pernah ketemu deh, tapi dimana yaaa…” ya memang Lheya pernah mengantarkan bunga kepada Elisa dari Ferdi
Setelah pertemuan itu, Lheya memang bahagia. Namun Lheya menyadari bahwa sahabat yang ia sayanagi dan ia cintai selama ini bahkan yang ia tunggu selama ini sudah memiliki seorang kekasih. Dan tentunya Lheya tak mungkin merebut Ferdi dari Elisa. Bagi Lheya kebahagiaan Ferdi adalah kebahaggiaan dia juga. Ketau Ferdi kembali itu sudah lebih dari cukup. Ia percaya cinta tak harus memiliki dan jodoh sudah ada yang mengatur, dan jodohnya mungkin bukan Ferdi sahabatnya.
****