Senin, 24 Desember 2012

Artikel



PENIPUAN ONLINE
Bagi Anda yang suka membeli barang online, harap berhati-hatilah. Karena membeli barang online ada dua kemungkinan terjadi. Kita untung atau malah kita buntung alias rugi. Banyak sekali fenomena yang terjadi dikalangan masyarakat sebagai konsumen pembeli produk secara online. Banyak sekali pihak-pihak yang ikut serta berpartisipasi dalam meramaikan dunia internet khususnya usaha melalui online. Promo barang secara online, menjual barang secara online. Yang harga ditawarkan cukup menggiurkan karena relatif lebih murah dengan casing luar barang yang menarik. Hp misalnya. Banyak sekali kita melihat berbagai merk hp yang dijanjikan harga murah. Alhasil kita sebagai pengamat dan penyuka barang tersebut tergoda untuk membeli. Jarak jauh tak membuat Anda peduli dengan keamanan, tanpa tatap muka tak mengurangi rasa percaya Anda kepada penjual barang.
Penipuan online telah terjadi pada seorang konsumen di wilayah Yogyakarta, yang di tipu oleh pihak-pihak yang tidak bertanggungjawab mengaku sebagai dari pihak kepolisian. Mengatasnamakan Bandara Adi Sucipto, dan mengatakan telah terjadinya penyelundupan barang melalui paketan atas nama korban, dan meminta korban untuk datang mempertanggungjawabkan itu semua secara hukum. Saat di temui di Bandara, sesuai dengan perjanjian antara Si penelpon dan korban penipuan. Si penipu tidak berani memunculkan batang hidungnya karena jejak mereka ketahuan sebagai penipu, dan hendak menipu korban dengan tujuan uang bisa juga penculikan. Saat di konfirmasi ke pihak Bandara Adi Sucipto, tidak ada pengledahan barang, dan Si Penipu saat ditanya kantornya dimana juga tidak menjawab. Mengaku sebagai polisi tapi semua dijadikan kedok untuk mengelabuhi korban. Karena merasa jejaknya ketahuan, si Penipu kembali mengaku mereka di Pontianak dan Sumatra. Aneh bukan?
Jadi, buat Anda pencinta online, harap berhati-hati membeli barang online. Pastikan tempat anda membeli bisa di percaya, dan adanya kesepakatan yang baik sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak di inginkan. Membeli barang online, diharapkan Anda mengetahui ID penjuan, KTP atau SIM. Tempat lokasi, transaksi pembayaran. Karena semua itu penting agar Anda tidak menjadi korban penipuan yang sekarang lagi marak-maraknya di masyarakat. Kemudian, bila ada pihak yang tidak bertanggungjawab menelpon Anda atas barang yang Anda pesan. Sebaiknya di konfirmasi dengan petugas keamanan setempat terlebih dahulu. Agar Anda tidak menjadi korban. Baik korban uang ataupun penculikan. (Sr.)

Kamis, 25 Oktober 2012

kata

ketika hati merasa tersakiti, sempit, dan risau. mengapa manusia langsung menelpon teman, sms teman, jika tidak menemukan jawaban yang memuaskan. lalu manusia itu menghubungi teman yang lain lagi, dan seterusnya hingga ia menemukan jawaban yang memuaskan. namun, ketika jawaban itu tak juga bisa menghibur hatinya. mengapa manusia itu lalu mengeluh, padahal ada yang lebih baik untuk mengadukan semuanya. yang maha mendengar, serta maha mengasihi, tapi mengapa seringkali manusia itu tidak bisa melihat itu dan semakin sakit ia merasakan sesuatu yang menghimpitnya semakin marah ia dengan semua yang menyebabkan itu terjadi. mengapa demikian. karena manusia itu tidak mengerti dan tidak bisa melihat bahwa Tuhan itu ada dan telah menunggu kapan hamba_Nya berlari pada_Nya. dan mengadu..dan dari kebanyakan manusia lebih banyak mengeluh dan menyalahkan penyebab datangnya himpitan itu. padahal jika manusia itu mengerti ada baiknya dia bersyukur. #matahati


__jiwa yang selalu tenang dan bahagia adalah jiwa yang tidak menjadikan hidup adalah beban. jiwa yang tidak merasakan risau adalah jiwa yang selalu ikhlas. dan jiwa yang selalu menang adalah jiwa yang selalu sabar. dan jiwa yang selamat adalah jiwa yang  berani memerdekakan hamba sahaya.#matahati

__ketika kamu tidak menemukan jalan keluar yang bisa membebaskan kamu dari belenggu yang telah membelenggu lehermu. hingga kau pun tak mampu bernafas bebas. bersabarlah lalu bersyukurlah dengan ucapan syukur karena kau mengalami hal buruk yang demikian. dengan begitu kau mensyukuri jika kau sedang di perhatikan. jika kamu paham#matahati

__jadikanlah dirimu itu miskin dimata manusia, namun kayakan dirimu di depan Tuhan_Mu. jadikanlah dirimu itu sederhana sekalipun engkau kaya. dan jadikan hatimu murah seperti kemurahan Tuhan-Mu..dan jadikanlah dirimu orang murah tangan seperti kemurahan Tuhan-Mu yang suka memberi rejeki dan engkaupun murah tuk bersadakah#matahati

___ketika kau sangat menyukai sesuatu dengan penuh harapan dan sangat ingin memilikinya namun tidak kamu dapattkan. jangan lanjutkan dan serahkan kepada yang sudah menanginya.
 


Rabu, 24 Oktober 2012

goresan pena



CINTA LHEYA

Terik matahari disiang ini membuat Lheya harus mandi dengan keringatnya sendiri. Aktivitas yang ia lakukan membuatnya merasa lelah. Keseriusannya yang bekerja sebagai seorang penjual bunga, mengantar bunga bila ada yang memesan  dan meminta untuk langsung diantarkan.
Dengan kesibukannya siang ini, ia mempercantik hiasan bunga – bunga, mulai dari yang didalam bungkusan plastik, dan juga yang tertanam didalam pas bunga. Sedang asyik menata bunga tiba – tiba terdengar bunyi dering suara telepon.
“kring…kring…kring…”
“Halo…selamat siang” jawab Lheya dalam telepon
“Siang..” terdengar orang menyahut dari dalam gagang telepon
“Dengan  siapa, dan ada yang bisa saya bantu ?” Lheya menyapa dengan ramah
“Saya ingin memesan lima tangkai mawar merah, dan tolong langsung diantar ke alamat ini Jalan Raya Ranggunan No. 428 oke !” pinta si pembeli yang belum menyebutkan namanya.
“Baiklah, tapiii….kalo boleh saya tahu atas nama siapa ya ?”
“Sebutkan saja from Ferdi, buat Elisa terkasih” jawab si pembeli dengan malu – malu  sambil tersenyum kecil saat Lheya menanyakan hal itu.
“Oke…terimakasih sudah membeli bunga di toko kami, untuk pembayaran bisa langsung diantar atau transfer melalui rekening saya 556725140 BCA atas nama Lheya, terimakasih..” Lheya mengakhiri teleponnya.
Selesai menerima order, Lheya langsung menyiapkan lima tangkai mawar merah yang telah dipesan tadi. Karena ini buat  orang yang tercinta lalu Lheya mengemasnya dengan special. Rapi, wangi, dan indah karena akan dipersembahkan untuk seseorang yang terindah pula, 10 menit selesai. Lheya langsung pergi mengantarkan lima tangkai mawar merah ke alamat tujuan.
30 menit berlalu akhirnya Lheya pun sampai kerumah yang disebutkan dalam telepon tadi, rumah yang begitu mewah, nuansa elit, halaman rumah yang tertata  rapi dan bersih penuh kenyamanan memandangnya. Lheya pun langsung terhenyak dan cepat – cepat bangun melihat kemewahan rumah itu.
“Astaga, kenapa aku malah bengong bukannya tujuanku disini untuk mengantar lima tangkai mawar ini. kenapa aku malah bengong” keluhnya menggurutu sendiri. Tanpa pikir panjang Lheya pun langsung mendekati pintu rumah mewah itu. lalu Lheya mengetuk pintu dan mengucapkan salam. Tak berapa lama terlihat orang membuka pintu dari dalam  rumah.
“Hemmm siapa yah.?” Tanya seorang cewek cantik, putih bersih dan langsing penuh tanda tanya karna tiba – tiba ada seorang mengantarkan bunga mawar merah.
“Ohh ini mbak ada titipan bunga dari seseorang”
“Dari siapa yah mbak ?” tanya cewek cantik itu kembali
“Hmmmm disitu ada namanya mbak, di liat aja.” Jawab Lheya sembil tersenyum kecil
“Terimakasih mbak..” cewek cantik itu tersenyum ramah  karna bahagia mendapat kiriman bunga yang ia tahu itu dari Ferdi kekasihnya.
Lalu Lheya pun pergi meninggalkan rumah mewah itu karena pekerjaannya sudah selesai. Lheya pun kembali ke toko bunganya takut para pelanggan sudah banyak menunggu. Karena kabetulan Lheya membuka usaha toko bunga itu seorang diri setelah ibunya meninggal dunia. Lheya anak tunggal tidak punya saudara lain, kedua orang tuanya semua sudah meninggal semenjak dia duduk di bangku SMA. Pahit memang rasanya ditinggal kedua orang tua seorang diri, manafkahi hidup untuk diri sendiri, demi untuk terus bertahan hidup. Namun, Lheya anak yang rajin, dia dilatih kedua orang tuanya dari kecil untuk tidak menjadi anak yang manja dan bermalas – malasan, apalagi untuk seorang  perempuan. Tidak kaget lagi bagi Lheya menjalani semua  ini seorang diri, yaa walaupun dulu  Lheya mempunyai seorang yang sangat berarti dalam hidupnya, penyemangat hidupnya setelah orang tuanya meninggalkannya seorang diri di dunia yang kejam ini,
Namun, semenjak mereka lulus SMA sahabat yang begitu berarti baginya meninggalkannya dengan melanjutkan study ke Singapore. Mereka begitu dekat, layaknya pasangan kekasaih yang tak kesampaian cintanya. Yaa…karena belum sempat cinta itu terungkapkan mereka sudah terpisah dengan alasan si dia ingin melanjutkan study ke Singapore dengan tiba – tiba tanpa memberitahu Lheya  terlebih dahulu,
Lheya cukup kehilangan, karena sahabatnya itu pergi dengan cara yang misterius, membuatnya bingung harus menghubunginya kemana. Terakhir bertemu saat kelulusan siswa siswa anak kelas 3 SMA Tunas Bangsa.
“Ehh yak, lulus ini kamu mau ngelanjutin kuliah dimana ?” tanya Ferdi sahabatnya itu
“Kamu ngaco deh, mana mungkin aku bisa kuliyah, untuk makan sehari – hari aja aku susah, apa lagi kuliyah, aku kan gak kayak kamu anak orang kaya, lah kalo aku duit dari mana atuhh,,,,” gurau Lheya sama sahabatnya itu
“Hehehe,,,bukannya gitu, kamu kan anaknya pinter, cerdas, rajin, lalu tidak sombong , rajin menabung dan bersedekah “ Lheya langsung memotong setengah omongan Ferdi, mereka pun tertawa terbahak – bahak. Yah begitulah mereka, persahabatan mereka tidak ada yang bisa memisahkan walaupun Ferdi anak orang kaya tapi Ferdi tidak memandang siapa Lheya dimatanya, karena dimatanya Lheya anak yang baik, rajin, dan sopan. Itu sebabnya Ferdi merasa nyaman berada didekatnya.
3 tahun bersama, banyak hal yang telah mereka  lewati, balajar bersama, pulang bersama, tak heran bila mereka dijuluki Romeo dan Juliet. Mereka memang terlihat seperti pasangan kekasih, namun mereka hanya bersahabat. Mungkin ucapan mereka hanya sahabat, hati mereka berdua siapa yang tahu.
Lheya hanya menggambarkan sosok Ferdi dalam diary nya, ia tulis semua tentang Ferdi dalam buku diary nya, dan ternyata dalam diamnya selama ini dia juga mengagumi sosok sahabatnya itu, yang ia sendiri tidak tahu apa hanya sebatas kagum atau mempunyya perasaan lebih. Tanpa sengaja Ferdi membaca diary Lheya saat Ferdi kerumah Lheya untuk belajar bersama. Namun, Lheya tidak mengetahui itu semua. Ternyata Ferdi pun memiliki rasa yang sama namun tak berani untuk mengungkapkan, mungkin malu, takut, atau apalah yang ada dikepalanya.
Singkat cerita menjelang kepergian Ferdi yang hendak kuliyah di Singapore, dia bingung mau member tahu Lheya bagaimana, sedangkan waktu keberangkatan tinggal 1 jam lagi. Kalau dia pergi kerumah Lheya tentunya ia akan ditinggal pesawat, tak ada pilihan lain dengan rasa penyesalannya karena tidak bisa memberitahu Lheya  sebelumnya. Ferdi pun akhinya berangkat dengan pesawat yang ditumpanginya.
Lheya merasa bingung kemana perginya Ferdi kok tidak ada kabarnya sama sekali, Lheya mencoba kerumahnya dan mencari tahu ternyata Ferdi sudah pergi ke Singapore tanpa memberitahunya. Lheya pun menangis tanpa henti, dipikirannya kenapa Ferdi sejahat itu meninggalkannya.
4 tahun berlalu, Lheya pun sudah bisa melupakan Ferdi, sudah bisa tanpa Ferdi, dan sudah terbiasa tanpa Ferdi. Dan 4 tahun sudah Lheya membuka usaha toko bunga untuk menafkahi hidupnya sendiri. Selama 4 tahun itu pula  dia tidak pernah terlihat  berjalan dengan seprang pria. Padahal Lheya gadis yang cantik, mungkin dia tetap setia menunggu seseorang yang ia sendiri yakin seseorang itu akan datang.
Toko bunga Lheya banyak sekali langganan, suatu ketika tanpa ia duga. Ia kedatangan seorang pelanggan yang biasanya hanya memesan bunga lewat telpon.
“Siang mbak ?” orang itu menyapa Lheya
“Siang mas , ada yang bisa saya bantu ?” jawab Lheya dengan ramah tanpa ia mengenali siapa orang itu.
“Saya ingin membeli 1 tangkai mawar merah yang special”
“Wahh wah pasti buat yang special juga ya mas…” ledek Lheya sambil tersenyum kecil
Mereka pun berbincang – bincang seakan ingin mengakrabi antara pelanggan.
“Kelihatannya toko ini banyak sekali pembelinya, banyak pelanggan ya mbak ?” tanya seorang Ferdi setelah mereka berkenalan. Awalnya Lheya sempat kaget namanya sama seperti sahabatnya yang telah meninggalkkannya, wajah nya pun sedikit hampir mirip. Tapi, Lheya menghela dalam hati, tidak mungkin ini Ferdi, jika memang dia kenapa kami tidak saling meneganli, mungkin hanya kebetulan mirip dan namanya sama.
“Ya beginilah mas, Alhamdulillah toko bunga saya setiap harinya memang ramai seperti ini”
“Sudah berapa lama mbak membuka usaha ini, ?” tanya Ferdi seakan ingin tahu
“Sekitar 4 tahun yang lalu” jawab Lheya santai
“4 tahun yang lalu, oh ya nama mbak siapa, biar kita bisa kenal dan saya terus menjadi pelanggan di toko bunga ini”
“Nama saya Lheya”
“Apa ?? Lheya “ Ferdi seakan tersambar petir mendengar nama itu
“Iya saya Lheya, loh kenapa ? kok kaget gitu denger nama saya. Biasa aja kali mas, saya kan bukan artis , hehehe “ ledek Lheya dengan senyuman yang tak lagi asing bagi Ferdi
“Dulu kamu SMA nya dimana ?”
“SMA Tunas Bangsa, emang kenapa sih ? kok malah jadi mengintrogasi saya ?”
Spontan Ferdi langsung memeluk Lheya
“Oohhh Lheya kuu”
Dalam diamnya Lheya mengerti dan paham bahwa yang sedang memeluknya adalah sahabatnya yang telah pergi meninggalkannya 4 tahun yang lalu.
“Kamuuuu Ferdi” tanya Lheya terbata
“Iya Lheya ni aku Ferdi, masih ingatkah ? maafkan aku Lheya yang dulu meninggalkan mu tanpa pamit, tak pernah menghubungi mu, bahkan saat aku ketemu sekarang aku tak mangenalimu langsung” Ferdi mencium tangan Lheya dan menangis penuh haru dengan pertemuan mereka yang tidak disengaja.
Lheya pun memahami dan mengerti arti dari pelukan itu, pelukan penuh kerinduan, Lheya pun tak ingin melepaskan dan ia sama halnya dengan Ferdi sama – sama merasakan kerinduan yang mendalam.
Tanpa disadari dan penuh kebetulan, tiba – tiba “beibh..” terdengar suara perempuan memanggil, pelukan mereka spontan terlepas. Ferdi pun kaget karena yang memanggil itu kekasihnya Elisa.
“Sayangg “ Ferdi menyapa dengan salah tingkah
“Dia siapa ? kok kalian terlihat begitu mesra dan sangat akrab. Ada hubungan apa kalian, atau jangan – jangan kamu selingkuh di belakang aku beibh ?” tanya Elisa penuh tanya dan kesal
“Tolong jelasin sama aku, siapa dia. ?” Elisa mulai terpancing emosinya karena Ferdi lama sekali menjelaskan.
“Emmmhhmm mbak…”
“Sayang, Ferdi memotong omongan Lheya dengan tiba – tiba. Dia Lheya, sahabat ku dulu waktu SMA,” Ferdi mencoba menjelaskan secara singkat
“Kamu gak pernah bilang beibh sama aku, kalo kamu punya temen deket cewek”
“Iya sorry honey “ jawab Ferdi
“Lheya ini sahabat sejati ku, susah senang sudah kami lewati bersama, telah banyak yang kami rasakan dan lalui, aku merasa bersalah karena aku dulu pergi ke Singapore tanpa memberitahunya, aku menyesal, aku sedih, meninggalkan sahabat ku dengan cara yang misterius tanpa jejak. Dan disini tanpa sengaja Tuhan mempertemukan sahabat yang lama aku rindukan.” Ferdi menjelaskan dengan Elisa, agar Elisa tidak salah paham, namun dalam pandangan Elisa penuh tanda curiga, sebegitunya Ferdi sama teman SMA nya ini. Namun, Lheya tak mau mencari masalah dengan curiga yang belum tentu pasti.
“Oohh begitu, hai Lheya, senang berkenalan dengan mu”
“Kayaknya kita sudah pernah ketemu deh, tapi dimana yaaa…” ya memang Lheya pernah mengantarkan bunga kepada Elisa dari Ferdi
Setelah pertemuan itu, Lheya memang bahagia. Namun Lheya menyadari bahwa sahabat yang ia sayanagi dan ia cintai selama ini bahkan yang ia tunggu selama ini sudah memiliki seorang kekasih. Dan tentunya Lheya tak mungkin merebut Ferdi dari Elisa. Bagi Lheya kebahagiaan Ferdi adalah kebahaggiaan dia juga. Ketau Ferdi kembali itu sudah lebih dari cukup. Ia percaya cinta tak harus memiliki dan jodoh sudah ada yang mengatur, dan jodohnya mungkin bukan Ferdi sahabatnya.
****

CERPEN



SAYA JUGA MANUSIA?

Terik matahari tak membuatnya harus terhenti berjalan dan menyapa  setiap orang yang dijumpainya dengan penuh keramahan. Senyum yang mengembang ungkapan keramahan penuh kelaparan. Mengarungi kehidupan yang keras memaksanya hidup dijalanan. Namun, tak membuatnya rentan putus asa atau pun mengeluh kepada Sang Pencipta. Kehidupan yang hanya dipandang sebelah mata oleh setiap manusia yang tak memiliki kesadaran. Penuh kehinaan karena harus meminta-minta di jalanan demi sesuap nasi.  Usia yang sudah sangat tua, setapak demi tapak ia ayunkan kaki dari barat ketimur dan sebaliknya. Makian juga sering di dapat karena kehadirannya sebagai manusia pengganggu. “Saya juga manusia” jerit Pak Warjo dalam hati.
Siang itu, hujan turun sangat derasnya. Membasahi bumi sebagai karunia dari Tuhan sebagai rezeki bagi manusia. Tidak banyak yang paham akan hal itu hanya sedikit yang mau mengucapkan syukur. Pak Warjo pun bergegas lari mencari tempat untuk berteduh. Ia pun berteduh di emperan kantor yang mewah, kebetulah ia melewatinya, tanpa pikir panjang Pak Warjo langsung berlari demi melindungi dirinya dari kebasahan karena hujan.
“Alhamdulillah bisa berteduh juga”Gumam Pak Warjo dalam hati
Merasa terganggu dengan kehadiran Pak Warjo yang hanya menumpang berteduh sebentar  membuat penjaga rela mengusir Pak Warjo tanpa rasa kemanusiaan.
“Eh pergi pergi sana pergi!!!”
“Maaf Pak petugas, Saya boleh ya berteduh disini sebentar, sambil menunggu hujan redah?”
“Tidak boleh, kalau Bapak ada disini akan mengganggu keindahan kantor ini! Apa Bapak tidak bisa melihat kantor ini bernuansa elite. Tempat kerjanya orang-orang yang berkelas. Kalau Bapak ada disini akan mengganggu orang-orang yang akan datang ke kantor ini. sebaiknya Bapak pergi!!!!” Petugas mengusir Pak Warjo tanpa perasaan.
Tidak ada pilihan lain, mengelak pun tak bisa. Memelas pun juga tak berguna bila sudah berhadapan dengan orang yang tak punya hati nurani.
“Baik Pak saya pergi?” Ucap Pak Warjo dengan  pelan
“Ya Allah..sebegitu hinakah saya dimata manusia yang sesama para hamba-Mu..? kenapa saya begitu dikucilkan dan dipandang sangat rendah. Saya juga manusia ya Allah..yang Engkau ciptakan dengan kedua tangan-Mu sendiri.” Doa Pak Warjo dalam hati. Ia pun berjalan ditengah turunnya hujan. Menikmati karunia Tuhan dengan tangisan karena dipandang sebelah mata oleh setiap orang yang dijumpainya. Tiba-tiba Pak Warjo melewati sebuah masjid, seketika Pak Warjo melihat ke atas langit sembari berkata “Ya Allah izinkan saya berteduh di rumah-Mu, dan jangan usir saya ya Allah seperti mereka yang telah mengusir saya!” Pak Warjo pun langsung berlari ke Masjid Al-Ikhlas kebetulan dia juga belum shalat Ashar. Pak Warjo pun shalat lalu berdoa.
Ya Allah apalah arti dari kemewahan apabila semua kekayaan itu tidak bisa di syukuri. Dan apakah arti dari kehormatan apabila tidak bisa menghormati orang lain. Dan apalah arti dari kedudukan apabila kedudukan itu tidak bisa menyantuni para fakir seperti saya? Padahal mereka semua itu sama fakirnya seperti saya, bukankah semua itu didapat dari kemurahan-Mu ya Allah? Mengapa mereka lupa dari mana asalnya? Semoga Engkau mengampuni mereka dan mengampuni saya! Amin..”
Amin,,”
Pak Warjo terkejut ketika dari arah belakang ada yang meng-aminkan doanya.
“Siapa kamu nak?” Tanya Pak Warjo
“Saya hamba Allah Pak, kebetulan sedang berteduh disini dan dari tadi saya shalat di belakang Bapak.?”
“Kok saya tidak tahu.?” Tanya Pak Warjo heran
“Mungkin Bapak khusuk menghadap Allah jadi tidak mengetahui ada saya di belakang Bapak.”
“Jadi, tadi kamu mendengar doa-doa saya.?”
“Insya Allah.” Jawab pemuda itu singkat
“Siapa namamu nak.?
“Furqan. Bapak?” Pemuda itu balik bertanya
“Saya Pak Warjo.”
“Sepertinya Bapak lagi bersedih? Maaf jika saya selalu bertanya?”
“Tidak apa-apa nak? Justru Bapak senang ada yang mau mengajak Bapak berbicara, tanpa rasa jijik dengan penampilan Bapak yang hanya seorang pengemis jalanan. Berbadan bau, kumal.?” Jawab Bapak sambil melihat tulisan Allah dilangit-langit Masjid Al-Ikhlas.
“Semua manusia itu sama Pak dimata Allah, yang membedakan hanya akhlaknya saja. Bagi saya Bapak punya kedudukan yang jauh lebih tinggi daripada saya. Jadi, saya harus menghormati Bapak dan akan sangat berdosa jika saya menghina Bapak.?” Jawab pemuda itu tersenyum hangat
“Kenapa kamu mengatakan kedudukan Bapak jauh lebih tinggi nak? Sedangkan kamu jauh lebih baik daripada Bapak? Dari penampilanmu sepertinya kamu orang kaya, lalu mengapa nak Furqan bisa mengatakan kalau kedudukan saya jauh lebih tinggi daripada nak Furqan. Padahal secara nyata kedudukan nak Furqan yang lebih tinggi.?” Jawab Pak Warjo keheranan
“Itukan hanya dilihat dari mata duniawi Pak, bila dilihat dari mata Allah. Bapak jauh lebih tinggi derajatnya, bahkan lebih kaya dari saya. Bapak mau tau kenapa?
“kenapa nak?”
“Karena Bapak kaya hati. Itu yang membuat saya berani mengatakan kalau Bapak jauh lebih baik daripada saya. Bapak sudah makan?”
“Belum nak. Hari ini Bapak belum dapat uang?” Jawab Pak Warjo memelas
“Ya sudah, ayo makan sama saya?”
“Apa kamu tidak malu nak mengajak Bapak makan bareng sama kamu, lihat penampilanmu nak. Kamu memakai jas, baju rapi, orang kantoran, mobil mewah. Sedangkan Bapak berbadan bau?”
“Itu semua kan titipan Allah Pak bukan punya saya. Jadi, buat apa saya sombong dengan kekayaan itu. Ada baiknya saya berbagi atas rezeki yang saya miliki. Sebagai ungkapan syukur kita terhadap karunia yang diberikan. Ayo pak masuk ke mobil saya?” Ajak pemuda itu dengan sangat ramah
“Rendah hati sekali pemuda ini ya Allah, berkahilah dia.” Doa Pak Warjo dalam hati
15 menit kemudian Pak Warjo dan Furqan sampai ketempat tujuan, restaurant yang sangat mewah dan berkelas. Pak Warjo pun terdiam.
“Ayo Pak turun, kita makan?”
“Nak apa ini tidak terlalu berlebihan, ini makanan tempat orang kaya nanti Bapak di usir nak.?”
“Tidak ada yang bisa mengusir Bapak selagi masih ada saya. Jadi, Bapak tenang saja?”
“Baiklah nak, terimakasih atas kebaikan nak Furqan.”
“Iya Pak sama-sama”
Lalu mereka turun dan memasuki rumah makan yang membuat Pak Furqan tidak bisa mengedipkan matanya. Karena baru pertama kali dalam seumur hidup dia masuk dan bisa makan ditempat mewah dan berkelas. Mereka pun langsung memesan makanan, semua makanan tersedia dimeja Pak Warjo dan Furqan. Furqan pun langsung menawari Pak Warjo untuk segera dimakan. Lagi-lagi Pak Warjo terdiam termangu dengan semua yang ada didepannya seakan mimpi saja baginya. Akhirnya Pak Warjo pun makan setelah dilayani oleh Furqan sendiri. Usai makan Pak Warjo di ajak ke kantor Furqan.
“Ayo Pak ikut saya.!”
“Kemana nak?” Tanya Pak Warjo bingung
“Ke kantor saya Pak. Sekalian Bapak istirahat disana saja. Nanti Bapak ikut saya pulang kerumah, Bapak jangan lagi hidup dijalanan. Bapak tinggal saja bersama saya. Kebetulan saya sendirian dirumah dan hanya ada pembantu.”
“Loh memang nak Furqan tidak punya orang tua lagi yah.?”
“Orang tua saya sudah meninggal Pak, 3 tahun yang lalu. Meninggal kecelakaan pesawat saat mau pulang ke Jakarta. Sekaran saya sendirian. Meneruskan usaha orang tua saya. Bapak tidak keberatan kan tinggal sama saya. Anggap saja saya anak Bapak sendiri begitu pun sebaliknya.”
Pak warjo pun tidak bisa bilang apa-apa dia hanya mengangguk dan bergumam dalam hati “Alangkah mulianya hati pemuda ini”. Mereka pun pergi ke kantor. Setibanya di halaman kantor Pak Warjo di suruh turun terlebih dahulu dan menunggu di loby kantor karena Furqan mau memparkirkan mobilnya. Alangkah terkejutnya Pak Warjo melihat kantor ini. Karena di kantor inilah dia diusir oleh petugasnya. Namun, Pak Warjo pun memberanikan masuk. Sesuai perintah Furqan. Tiba-tiba dari arah kiri loby ada petugas menghampirinya tanpa basa-basi lagi mengusir Pak Warjo untuk yang kedua kalinya.
“Heh heh pergi pergi sana pergi.!!!!”
“Tapi pak..???”
“Tidak ada tapi-tapi…pergi sana pergi!!! Atau saya keluarkan dengan paksa!”
“Ada apa ini ribut-ribut, kenapa kamu kasar sama Bapak ini? Apa salah dia? Apa dia merusak kantor ini? kenapa kamu seperti tidak punya hati nurani kepadanya. Kamu punya orang tua bukan? Tapi kenapa kamu tidak punya rasa sopan santun. Jangan sekali-kali kamu menghina atau pun mengusir dia lagi!!! Atau kamu yang saya pecat.! Kamu tau kenapa? Karena Bapak ini adalah orang tua saya. Kamu paham.!! Saya tidak menyukai pribadi kamu? Sebaiknya kamu saya pecat, karena kamu pribadi yang sombong tidak punya sopan santun kepada tamu. Pak Warjo ini tamu dikantor saya. Kamu paham??” Furqan memarahi pegawainya
“Maafkan saya  Pak, maafkan ketidak tahuan saya ini. saya janji tidak akan mengulangi hal memalukan seperti ini. Jangan pecat saya Pak. Kalau saya dipecat anak dan istri saya mau makan apa?” Petugas itu memohon dengan memelas.
“Sekarang apa kamu paham saat kamu meminta agar tidak dipecat, kamu memohon-mohon kepada saya. Apa itu tidak menunjukkan kalau kamu juga saya seperti Bapak ini. yang sedang memohon dan meminta belas kasihan agar dikasihani. Tapi kenapa kamu tidak mempunyai hati nurani kepada Pak tua yang berpakaian kumal ini. seharusnya kamu sadar kalo kita ini sama. Yang membedakan kita akhlak.”
“Maafkan saya Pak. Maafkan saya..!!”
“Sudah-sudah nak Furqan tidak baik marah-marah kepada bawahan. Maafkan saja dia, kalau nak  Furqan memecat dia, bagaimana keluarganya yang menaruh harapan kepadanya sebagai tulang punggung keluarga. Maafkan dia nak.! Anggap saja dia khilaf. Sudah pak petugas, Bapak sudah memaafkan kamu. Sekarang berdirilah. Cukup kau bersujud kepada Tuhan-Mu bukan kepada saya. Sekarang berdirilah nak.?”
“Terimakasih Pak, maafkan saya?”
“Lihat Bapak ini! yang sudah kamu usir, kamu hina mau memaafkan kamu dan menolong kamu biar kamu tidak dipecat. Mulai saat ini bersikaplah sopan kepada siapapun yang datang ke kantor saya. Jadilah pribadi yang baik, karena saya menyukai pegawai saya yang baik hati. Sekarang kembalilah bertugas.!”
“Iya Pak. Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi.”
“Ayo pak kita keruangan saya. Sambil Bapak istirahat, pulang nanti kita pergi ke toko baju. Saya ingin membelikan baju buat Bapak.”
“Terimakasih nak Furqan, tidak usah repot-repot. Bapak jadi tidak enak.?”
“Tidak apa-apa Pak. Anggaplah ini sebagai bakti saya kepada Bapak. Karena saya sudah menganggap Bapak seperti orang tua saya sendiri. Jadi, Bapak jangan sungkan lagi yah sama saya.”
“Baiklah nak kalau begitu.”
“Ya Allah…terimakasih atas kebaikanmu. Selama ini saya hidup gelandangan dan tidak pernah dipandang orang dengan pandangan yang baik. Setiap orang yang menghina, saya terima dengan ikhlas. Hanya kepada-Mu lah hamba mengadukan semuanya. Disetiap kelelahan saya tidak pernah putus asa. Demi sesuap nasi saya rela di marahi. Demi segelas air saya rela dicaci maki, dan sekarang Engkau mendatangkan seseorang yang berhati mulia. Menolong saya dan mau merawat saya di usia saya yang sudah tua ini. walau saya seorang pengemis tua yang selalu dihina dimanapun kaki saya berpijak. Tapi saya juga manusia, terimakasih Tuhan atas semua keberkahan ini, hingga saya, Engkau beri kenikmatan yang luar biasa. Ternyata dibalik orang yang berhati sombong, masih Engkau sisakan orang yang berhati mulia, hati yang baik. Seperti nak Furqan. Alhamdulillah.”

*****
                                                SRI MULYANI