CINTA LHEYA
Terik
matahari disiang ini membuat Lheya harus mandi dengan keringatnya sendiri.
Aktivitas yang ia lakukan membuatnya merasa lelah. Keseriusannya yang bekerja
sebagai seorang penjual bunga, mengantar bunga bila ada yang memesan dan meminta untuk langsung diantarkan.
Dengan
kesibukannya siang ini, ia mempercantik hiasan bunga – bunga, mulai dari yang
didalam bungkusan plastik, dan juga yang tertanam didalam pas bunga. Sedang
asyik menata bunga tiba – tiba terdengar bunyi dering suara telepon.
“kring…kring…kring…”
“Halo…selamat
siang” jawab Lheya dalam telepon
“Siang..”
terdengar orang menyahut dari dalam gagang telepon
“Dengan siapa, dan ada yang bisa saya bantu ?” Lheya
menyapa dengan ramah
“Saya
ingin memesan lima tangkai mawar merah, dan tolong langsung diantar ke alamat
ini Jalan Raya Ranggunan No. 428 oke !” pinta si pembeli yang belum menyebutkan
namanya.
“Baiklah,
tapiii….kalo boleh saya tahu atas nama siapa ya ?”
“Sebutkan
saja from Ferdi, buat Elisa terkasih” jawab si pembeli dengan malu – malu sambil tersenyum kecil saat Lheya menanyakan
hal itu.
“Oke…terimakasih
sudah membeli bunga di toko kami, untuk pembayaran bisa langsung diantar atau
transfer melalui rekening saya 556725140 BCA atas nama Lheya, terimakasih..”
Lheya mengakhiri teleponnya.
Selesai
menerima order, Lheya langsung menyiapkan lima tangkai mawar merah yang telah
dipesan tadi. Karena ini buat orang yang
tercinta lalu Lheya mengemasnya dengan special. Rapi, wangi, dan indah karena
akan dipersembahkan untuk seseorang yang terindah pula, 10 menit selesai. Lheya
langsung pergi mengantarkan lima tangkai mawar merah ke alamat tujuan.
30
menit berlalu akhirnya Lheya pun sampai kerumah yang disebutkan dalam telepon
tadi, rumah yang begitu mewah, nuansa elit, halaman rumah yang tertata rapi dan bersih penuh kenyamanan
memandangnya. Lheya pun langsung terhenyak dan cepat – cepat bangun melihat
kemewahan rumah itu.
“Astaga,
kenapa aku malah bengong bukannya tujuanku disini untuk mengantar lima tangkai
mawar ini. kenapa aku malah bengong” keluhnya menggurutu sendiri. Tanpa pikir
panjang Lheya pun langsung mendekati pintu rumah mewah itu. lalu Lheya mengetuk
pintu dan mengucapkan salam. Tak berapa lama terlihat orang membuka pintu dari
dalam rumah.
“Hemmm
siapa yah.?” Tanya seorang cewek cantik, putih bersih dan langsing penuh tanda
tanya karna tiba – tiba ada seorang mengantarkan bunga mawar merah.
“Ohh
ini mbak ada titipan bunga dari seseorang”
“Dari
siapa yah mbak ?” tanya cewek cantik itu kembali
“Hmmmm
disitu ada namanya mbak, di liat aja.” Jawab Lheya sembil tersenyum kecil
“Terimakasih
mbak..” cewek cantik itu tersenyum ramah
karna bahagia mendapat kiriman bunga yang ia tahu itu dari Ferdi
kekasihnya.
Lalu
Lheya pun pergi meninggalkan rumah mewah itu karena pekerjaannya sudah selesai.
Lheya pun kembali ke toko bunganya takut para pelanggan sudah banyak menunggu.
Karena kabetulan Lheya membuka usaha toko bunga itu seorang diri setelah ibunya
meninggal dunia. Lheya anak tunggal tidak punya saudara lain, kedua orang tuanya
semua sudah meninggal semenjak dia duduk di bangku SMA. Pahit memang rasanya
ditinggal kedua orang tua seorang diri, manafkahi hidup untuk diri sendiri,
demi untuk terus bertahan hidup. Namun, Lheya anak yang rajin, dia dilatih
kedua orang tuanya dari kecil untuk tidak menjadi anak yang manja dan bermalas
– malasan, apalagi untuk seorang
perempuan. Tidak kaget lagi bagi Lheya menjalani semua ini seorang diri, yaa walaupun dulu Lheya mempunyai seorang yang sangat berarti
dalam hidupnya, penyemangat hidupnya setelah orang tuanya meninggalkannya
seorang diri di dunia yang kejam ini,
Namun,
semenjak mereka lulus SMA sahabat yang begitu berarti baginya meninggalkannya
dengan melanjutkan study ke Singapore. Mereka begitu dekat, layaknya pasangan
kekasaih yang tak kesampaian cintanya. Yaa…karena belum sempat cinta itu
terungkapkan mereka sudah terpisah dengan alasan si dia ingin melanjutkan study
ke Singapore dengan tiba – tiba tanpa memberitahu Lheya terlebih dahulu,
Lheya
cukup kehilangan, karena sahabatnya itu pergi dengan cara yang misterius,
membuatnya bingung harus menghubunginya kemana. Terakhir bertemu saat kelulusan
siswa siswa anak kelas 3 SMA Tunas Bangsa.
“Ehh
yak, lulus ini kamu mau ngelanjutin kuliah dimana ?” tanya Ferdi sahabatnya itu
“Kamu
ngaco deh, mana mungkin aku bisa kuliyah, untuk makan sehari – hari aja aku
susah, apa lagi kuliyah, aku kan gak kayak kamu anak orang kaya, lah kalo aku
duit dari mana atuhh,,,,” gurau Lheya sama sahabatnya itu
“Hehehe,,,bukannya
gitu, kamu kan anaknya pinter, cerdas, rajin, lalu tidak sombong , rajin
menabung dan bersedekah “ Lheya langsung memotong setengah omongan Ferdi,
mereka pun tertawa terbahak – bahak. Yah begitulah mereka, persahabatan mereka
tidak ada yang bisa memisahkan walaupun Ferdi anak orang kaya tapi Ferdi tidak
memandang siapa Lheya dimatanya, karena dimatanya Lheya anak yang baik, rajin,
dan sopan. Itu sebabnya Ferdi merasa nyaman berada didekatnya.
3
tahun bersama, banyak hal yang telah mereka
lewati, balajar bersama, pulang bersama, tak heran bila mereka dijuluki
Romeo dan Juliet. Mereka memang terlihat seperti pasangan kekasih, namun mereka
hanya bersahabat. Mungkin ucapan mereka hanya sahabat, hati mereka berdua siapa
yang tahu.
Lheya
hanya menggambarkan sosok Ferdi dalam diary nya, ia tulis semua tentang Ferdi
dalam buku diary nya, dan ternyata dalam diamnya selama ini dia juga mengagumi
sosok sahabatnya itu, yang ia sendiri tidak tahu apa hanya sebatas kagum atau
mempunyya perasaan lebih. Tanpa sengaja Ferdi membaca diary Lheya saat Ferdi
kerumah Lheya untuk belajar bersama. Namun, Lheya tidak mengetahui itu semua.
Ternyata Ferdi pun memiliki rasa yang sama namun tak berani untuk
mengungkapkan, mungkin malu, takut, atau apalah yang ada dikepalanya.
Singkat
cerita menjelang kepergian Ferdi yang hendak kuliyah di Singapore, dia bingung
mau member tahu Lheya bagaimana, sedangkan waktu keberangkatan tinggal 1 jam
lagi. Kalau dia pergi kerumah Lheya tentunya ia akan ditinggal pesawat, tak ada
pilihan lain dengan rasa penyesalannya karena tidak bisa memberitahu Lheya sebelumnya. Ferdi pun akhinya berangkat
dengan pesawat yang ditumpanginya.
Lheya
merasa bingung kemana perginya Ferdi kok tidak ada kabarnya sama sekali, Lheya
mencoba kerumahnya dan mencari tahu ternyata Ferdi sudah pergi ke Singapore
tanpa memberitahunya. Lheya pun menangis tanpa henti, dipikirannya kenapa Ferdi
sejahat itu meninggalkannya.
4
tahun berlalu, Lheya pun sudah bisa melupakan Ferdi, sudah bisa tanpa Ferdi,
dan sudah terbiasa tanpa Ferdi. Dan 4 tahun sudah Lheya membuka usaha toko
bunga untuk menafkahi hidupnya sendiri. Selama 4 tahun itu pula dia tidak pernah terlihat berjalan dengan seprang pria. Padahal Lheya
gadis yang cantik, mungkin dia tetap setia menunggu seseorang yang ia sendiri
yakin seseorang itu akan datang.
Toko
bunga Lheya banyak sekali langganan, suatu ketika tanpa ia duga. Ia kedatangan
seorang pelanggan yang biasanya hanya memesan bunga lewat telpon.
“Siang
mbak ?” orang itu menyapa Lheya
“Siang
mas , ada yang bisa saya bantu ?” jawab Lheya dengan ramah tanpa ia mengenali
siapa orang itu.
“Saya
ingin membeli 1 tangkai mawar merah yang special”
“Wahh
wah pasti buat yang special juga ya mas…” ledek Lheya sambil tersenyum kecil
Mereka pun
berbincang – bincang seakan ingin mengakrabi antara pelanggan.
“Kelihatannya
toko ini banyak sekali pembelinya, banyak pelanggan ya mbak ?” tanya seorang
Ferdi setelah mereka berkenalan. Awalnya Lheya sempat kaget namanya sama
seperti sahabatnya yang telah meninggalkkannya, wajah nya pun sedikit hampir
mirip. Tapi, Lheya menghela dalam hati, tidak mungkin ini Ferdi, jika memang
dia kenapa kami tidak saling meneganli, mungkin hanya kebetulan mirip dan
namanya sama.
“Ya
beginilah mas, Alhamdulillah toko bunga saya setiap harinya memang ramai seperti
ini”
“Sudah
berapa lama mbak membuka usaha ini, ?” tanya Ferdi seakan ingin tahu
“Sekitar
4 tahun yang lalu” jawab Lheya santai
“4
tahun yang lalu, oh ya nama mbak siapa, biar kita bisa kenal dan saya terus
menjadi pelanggan di toko bunga ini”
“Nama
saya Lheya”
“Apa
?? Lheya “ Ferdi seakan tersambar petir mendengar nama itu
“Iya
saya Lheya, loh kenapa ? kok kaget gitu denger nama saya. Biasa aja kali mas,
saya kan bukan artis , hehehe “ ledek Lheya dengan senyuman yang tak lagi asing
bagi Ferdi
“Dulu
kamu SMA nya dimana ?”
“SMA
Tunas Bangsa, emang kenapa sih ? kok malah jadi mengintrogasi saya ?”
Spontan Ferdi
langsung memeluk Lheya
“Oohhh
Lheya kuu”
Dalam
diamnya Lheya mengerti dan paham bahwa yang sedang memeluknya adalah sahabatnya
yang telah pergi meninggalkannya 4 tahun yang lalu.
“Kamuuuu
Ferdi” tanya Lheya terbata
“Iya
Lheya ni aku Ferdi, masih ingatkah ? maafkan aku Lheya yang dulu meninggalkan
mu tanpa pamit, tak pernah menghubungi mu, bahkan saat aku ketemu sekarang aku
tak mangenalimu langsung” Ferdi mencium tangan Lheya dan menangis penuh haru
dengan pertemuan mereka yang tidak disengaja.
Lheya
pun memahami dan mengerti arti dari pelukan itu, pelukan penuh kerinduan, Lheya
pun tak ingin melepaskan dan ia sama halnya dengan Ferdi sama – sama merasakan
kerinduan yang mendalam.
Tanpa
disadari dan penuh kebetulan, tiba – tiba “beibh..” terdengar suara perempuan
memanggil, pelukan mereka spontan terlepas. Ferdi pun kaget karena yang
memanggil itu kekasihnya Elisa.
“Sayangg
“ Ferdi menyapa dengan salah tingkah
“Dia
siapa ? kok kalian terlihat begitu mesra dan sangat akrab. Ada hubungan apa
kalian, atau jangan – jangan kamu selingkuh di belakang aku beibh ?” tanya
Elisa penuh tanya dan kesal
“Tolong
jelasin sama aku, siapa dia. ?” Elisa mulai terpancing emosinya karena Ferdi
lama sekali menjelaskan.
“Emmmhhmm
mbak…”
“Sayang,
Ferdi memotong omongan Lheya dengan tiba – tiba. Dia Lheya, sahabat ku dulu
waktu SMA,” Ferdi mencoba menjelaskan secara singkat
“Kamu
gak pernah bilang beibh sama aku, kalo kamu punya temen deket cewek”
“Iya
sorry honey “ jawab Ferdi
“Lheya
ini sahabat sejati ku, susah senang sudah kami lewati bersama, telah banyak
yang kami rasakan dan lalui, aku merasa bersalah karena aku dulu pergi ke Singapore
tanpa memberitahunya, aku menyesal, aku sedih, meninggalkan sahabat ku dengan
cara yang misterius tanpa jejak. Dan disini tanpa sengaja Tuhan mempertemukan
sahabat yang lama aku rindukan.” Ferdi menjelaskan dengan Elisa, agar Elisa
tidak salah paham, namun dalam pandangan Elisa penuh tanda curiga, sebegitunya
Ferdi sama teman SMA nya ini. Namun, Lheya tak mau mencari masalah dengan
curiga yang belum tentu pasti.
“Oohh
begitu, hai Lheya, senang berkenalan dengan mu”
“Kayaknya
kita sudah pernah ketemu deh, tapi dimana yaaa…” ya memang Lheya pernah
mengantarkan bunga kepada Elisa dari Ferdi
Setelah
pertemuan itu, Lheya memang bahagia. Namun Lheya menyadari bahwa sahabat yang
ia sayanagi dan ia cintai selama ini bahkan yang ia tunggu selama ini sudah
memiliki seorang kekasih. Dan tentunya Lheya tak mungkin merebut Ferdi dari
Elisa. Bagi Lheya kebahagiaan Ferdi adalah kebahaggiaan dia juga. Ketau Ferdi
kembali itu sudah lebih dari cukup. Ia percaya cinta tak harus memiliki dan
jodoh sudah ada yang mengatur, dan jodohnya mungkin bukan Ferdi sahabatnya.
****