ketika hati merasa tersakiti, sempit, dan risau. mengapa manusia langsung menelpon teman, sms teman, jika tidak menemukan jawaban yang memuaskan. lalu manusia itu menghubungi teman yang lain lagi, dan seterusnya hingga ia menemukan jawaban yang memuaskan. namun, ketika jawaban itu tak juga bisa menghibur hatinya. mengapa manusia itu lalu mengeluh, padahal ada yang lebih baik untuk mengadukan semuanya. yang maha mendengar, serta maha mengasihi, tapi mengapa seringkali manusia itu tidak bisa melihat itu dan semakin sakit ia merasakan sesuatu yang menghimpitnya semakin marah ia dengan semua yang menyebabkan itu terjadi. mengapa demikian. karena manusia itu tidak mengerti dan tidak bisa melihat bahwa Tuhan itu ada dan telah menunggu kapan hamba_Nya berlari pada_Nya. dan mengadu..dan dari kebanyakan manusia lebih banyak mengeluh dan menyalahkan penyebab datangnya himpitan itu. padahal jika manusia itu mengerti ada baiknya dia bersyukur. #matahati
__jiwa yang selalu tenang dan bahagia adalah jiwa yang tidak menjadikan hidup adalah beban. jiwa yang tidak merasakan risau adalah jiwa yang selalu ikhlas. dan jiwa yang selalu menang adalah jiwa yang selalu sabar. dan jiwa yang selamat adalah jiwa yang berani memerdekakan hamba sahaya.#matahati
__ketika kamu tidak menemukan jalan keluar yang bisa membebaskan kamu dari belenggu yang telah membelenggu lehermu. hingga kau pun tak mampu bernafas bebas. bersabarlah lalu bersyukurlah dengan ucapan syukur karena kau mengalami hal buruk yang demikian. dengan begitu kau mensyukuri jika kau sedang di perhatikan. jika kamu paham#matahati
__jadikanlah dirimu itu miskin dimata manusia, namun kayakan dirimu di depan Tuhan_Mu. jadikanlah dirimu itu sederhana sekalipun engkau kaya. dan jadikan hatimu murah seperti kemurahan Tuhan-Mu..dan jadikanlah dirimu orang murah tangan seperti kemurahan Tuhan-Mu yang suka memberi rejeki dan engkaupun murah tuk bersadakah#matahati
___ketika kau sangat menyukai sesuatu dengan penuh harapan dan sangat ingin memilikinya namun tidak kamu dapattkan. jangan lanjutkan dan serahkan kepada yang sudah menanginya.
Kamis, 25 Oktober 2012
Rabu, 24 Oktober 2012
goresan pena
CINTA LHEYA
Terik
matahari disiang ini membuat Lheya harus mandi dengan keringatnya sendiri.
Aktivitas yang ia lakukan membuatnya merasa lelah. Keseriusannya yang bekerja
sebagai seorang penjual bunga, mengantar bunga bila ada yang memesan dan meminta untuk langsung diantarkan.
Dengan
kesibukannya siang ini, ia mempercantik hiasan bunga – bunga, mulai dari yang
didalam bungkusan plastik, dan juga yang tertanam didalam pas bunga. Sedang
asyik menata bunga tiba – tiba terdengar bunyi dering suara telepon.
“kring…kring…kring…”
“Halo…selamat
siang” jawab Lheya dalam telepon
“Siang..”
terdengar orang menyahut dari dalam gagang telepon
“Dengan siapa, dan ada yang bisa saya bantu ?” Lheya
menyapa dengan ramah
“Saya
ingin memesan lima tangkai mawar merah, dan tolong langsung diantar ke alamat
ini Jalan Raya Ranggunan No. 428 oke !” pinta si pembeli yang belum menyebutkan
namanya.
“Baiklah,
tapiii….kalo boleh saya tahu atas nama siapa ya ?”
“Sebutkan
saja from Ferdi, buat Elisa terkasih” jawab si pembeli dengan malu – malu sambil tersenyum kecil saat Lheya menanyakan
hal itu.
“Oke…terimakasih
sudah membeli bunga di toko kami, untuk pembayaran bisa langsung diantar atau
transfer melalui rekening saya 556725140 BCA atas nama Lheya, terimakasih..”
Lheya mengakhiri teleponnya.
Selesai
menerima order, Lheya langsung menyiapkan lima tangkai mawar merah yang telah
dipesan tadi. Karena ini buat orang yang
tercinta lalu Lheya mengemasnya dengan special. Rapi, wangi, dan indah karena
akan dipersembahkan untuk seseorang yang terindah pula, 10 menit selesai. Lheya
langsung pergi mengantarkan lima tangkai mawar merah ke alamat tujuan.
30
menit berlalu akhirnya Lheya pun sampai kerumah yang disebutkan dalam telepon
tadi, rumah yang begitu mewah, nuansa elit, halaman rumah yang tertata rapi dan bersih penuh kenyamanan
memandangnya. Lheya pun langsung terhenyak dan cepat – cepat bangun melihat
kemewahan rumah itu.
“Astaga,
kenapa aku malah bengong bukannya tujuanku disini untuk mengantar lima tangkai
mawar ini. kenapa aku malah bengong” keluhnya menggurutu sendiri. Tanpa pikir
panjang Lheya pun langsung mendekati pintu rumah mewah itu. lalu Lheya mengetuk
pintu dan mengucapkan salam. Tak berapa lama terlihat orang membuka pintu dari
dalam rumah.
“Hemmm
siapa yah.?” Tanya seorang cewek cantik, putih bersih dan langsing penuh tanda
tanya karna tiba – tiba ada seorang mengantarkan bunga mawar merah.
“Ohh
ini mbak ada titipan bunga dari seseorang”
“Dari
siapa yah mbak ?” tanya cewek cantik itu kembali
“Hmmmm
disitu ada namanya mbak, di liat aja.” Jawab Lheya sembil tersenyum kecil
“Terimakasih
mbak..” cewek cantik itu tersenyum ramah
karna bahagia mendapat kiriman bunga yang ia tahu itu dari Ferdi
kekasihnya.
Lalu
Lheya pun pergi meninggalkan rumah mewah itu karena pekerjaannya sudah selesai.
Lheya pun kembali ke toko bunganya takut para pelanggan sudah banyak menunggu.
Karena kabetulan Lheya membuka usaha toko bunga itu seorang diri setelah ibunya
meninggal dunia. Lheya anak tunggal tidak punya saudara lain, kedua orang tuanya
semua sudah meninggal semenjak dia duduk di bangku SMA. Pahit memang rasanya
ditinggal kedua orang tua seorang diri, manafkahi hidup untuk diri sendiri,
demi untuk terus bertahan hidup. Namun, Lheya anak yang rajin, dia dilatih
kedua orang tuanya dari kecil untuk tidak menjadi anak yang manja dan bermalas
– malasan, apalagi untuk seorang
perempuan. Tidak kaget lagi bagi Lheya menjalani semua ini seorang diri, yaa walaupun dulu Lheya mempunyai seorang yang sangat berarti
dalam hidupnya, penyemangat hidupnya setelah orang tuanya meninggalkannya
seorang diri di dunia yang kejam ini,
Namun,
semenjak mereka lulus SMA sahabat yang begitu berarti baginya meninggalkannya
dengan melanjutkan study ke Singapore. Mereka begitu dekat, layaknya pasangan
kekasaih yang tak kesampaian cintanya. Yaa…karena belum sempat cinta itu
terungkapkan mereka sudah terpisah dengan alasan si dia ingin melanjutkan study
ke Singapore dengan tiba – tiba tanpa memberitahu Lheya terlebih dahulu,
Lheya
cukup kehilangan, karena sahabatnya itu pergi dengan cara yang misterius,
membuatnya bingung harus menghubunginya kemana. Terakhir bertemu saat kelulusan
siswa siswa anak kelas 3 SMA Tunas Bangsa.
“Ehh
yak, lulus ini kamu mau ngelanjutin kuliah dimana ?” tanya Ferdi sahabatnya itu
“Kamu
ngaco deh, mana mungkin aku bisa kuliyah, untuk makan sehari – hari aja aku
susah, apa lagi kuliyah, aku kan gak kayak kamu anak orang kaya, lah kalo aku
duit dari mana atuhh,,,,” gurau Lheya sama sahabatnya itu
“Hehehe,,,bukannya
gitu, kamu kan anaknya pinter, cerdas, rajin, lalu tidak sombong , rajin
menabung dan bersedekah “ Lheya langsung memotong setengah omongan Ferdi,
mereka pun tertawa terbahak – bahak. Yah begitulah mereka, persahabatan mereka
tidak ada yang bisa memisahkan walaupun Ferdi anak orang kaya tapi Ferdi tidak
memandang siapa Lheya dimatanya, karena dimatanya Lheya anak yang baik, rajin,
dan sopan. Itu sebabnya Ferdi merasa nyaman berada didekatnya.
3
tahun bersama, banyak hal yang telah mereka
lewati, balajar bersama, pulang bersama, tak heran bila mereka dijuluki
Romeo dan Juliet. Mereka memang terlihat seperti pasangan kekasih, namun mereka
hanya bersahabat. Mungkin ucapan mereka hanya sahabat, hati mereka berdua siapa
yang tahu.
Lheya
hanya menggambarkan sosok Ferdi dalam diary nya, ia tulis semua tentang Ferdi
dalam buku diary nya, dan ternyata dalam diamnya selama ini dia juga mengagumi
sosok sahabatnya itu, yang ia sendiri tidak tahu apa hanya sebatas kagum atau
mempunyya perasaan lebih. Tanpa sengaja Ferdi membaca diary Lheya saat Ferdi
kerumah Lheya untuk belajar bersama. Namun, Lheya tidak mengetahui itu semua.
Ternyata Ferdi pun memiliki rasa yang sama namun tak berani untuk
mengungkapkan, mungkin malu, takut, atau apalah yang ada dikepalanya.
Singkat
cerita menjelang kepergian Ferdi yang hendak kuliyah di Singapore, dia bingung
mau member tahu Lheya bagaimana, sedangkan waktu keberangkatan tinggal 1 jam
lagi. Kalau dia pergi kerumah Lheya tentunya ia akan ditinggal pesawat, tak ada
pilihan lain dengan rasa penyesalannya karena tidak bisa memberitahu Lheya sebelumnya. Ferdi pun akhinya berangkat
dengan pesawat yang ditumpanginya.
Lheya
merasa bingung kemana perginya Ferdi kok tidak ada kabarnya sama sekali, Lheya
mencoba kerumahnya dan mencari tahu ternyata Ferdi sudah pergi ke Singapore
tanpa memberitahunya. Lheya pun menangis tanpa henti, dipikirannya kenapa Ferdi
sejahat itu meninggalkannya.
4
tahun berlalu, Lheya pun sudah bisa melupakan Ferdi, sudah bisa tanpa Ferdi,
dan sudah terbiasa tanpa Ferdi. Dan 4 tahun sudah Lheya membuka usaha toko
bunga untuk menafkahi hidupnya sendiri. Selama 4 tahun itu pula dia tidak pernah terlihat berjalan dengan seprang pria. Padahal Lheya
gadis yang cantik, mungkin dia tetap setia menunggu seseorang yang ia sendiri
yakin seseorang itu akan datang.
Toko
bunga Lheya banyak sekali langganan, suatu ketika tanpa ia duga. Ia kedatangan
seorang pelanggan yang biasanya hanya memesan bunga lewat telpon.
“Siang
mbak ?” orang itu menyapa Lheya
“Siang
mas , ada yang bisa saya bantu ?” jawab Lheya dengan ramah tanpa ia mengenali
siapa orang itu.
“Saya
ingin membeli 1 tangkai mawar merah yang special”
“Wahh
wah pasti buat yang special juga ya mas…” ledek Lheya sambil tersenyum kecil
Mereka pun
berbincang – bincang seakan ingin mengakrabi antara pelanggan.
“Kelihatannya
toko ini banyak sekali pembelinya, banyak pelanggan ya mbak ?” tanya seorang
Ferdi setelah mereka berkenalan. Awalnya Lheya sempat kaget namanya sama
seperti sahabatnya yang telah meninggalkkannya, wajah nya pun sedikit hampir
mirip. Tapi, Lheya menghela dalam hati, tidak mungkin ini Ferdi, jika memang
dia kenapa kami tidak saling meneganli, mungkin hanya kebetulan mirip dan
namanya sama.
“Ya
beginilah mas, Alhamdulillah toko bunga saya setiap harinya memang ramai seperti
ini”
“Sudah
berapa lama mbak membuka usaha ini, ?” tanya Ferdi seakan ingin tahu
“Sekitar
4 tahun yang lalu” jawab Lheya santai
“4
tahun yang lalu, oh ya nama mbak siapa, biar kita bisa kenal dan saya terus
menjadi pelanggan di toko bunga ini”
“Nama
saya Lheya”
“Apa
?? Lheya “ Ferdi seakan tersambar petir mendengar nama itu
“Iya
saya Lheya, loh kenapa ? kok kaget gitu denger nama saya. Biasa aja kali mas,
saya kan bukan artis , hehehe “ ledek Lheya dengan senyuman yang tak lagi asing
bagi Ferdi
“Dulu
kamu SMA nya dimana ?”
“SMA
Tunas Bangsa, emang kenapa sih ? kok malah jadi mengintrogasi saya ?”
Spontan Ferdi
langsung memeluk Lheya
“Oohhh
Lheya kuu”
Dalam
diamnya Lheya mengerti dan paham bahwa yang sedang memeluknya adalah sahabatnya
yang telah pergi meninggalkannya 4 tahun yang lalu.
“Kamuuuu
Ferdi” tanya Lheya terbata
“Iya
Lheya ni aku Ferdi, masih ingatkah ? maafkan aku Lheya yang dulu meninggalkan
mu tanpa pamit, tak pernah menghubungi mu, bahkan saat aku ketemu sekarang aku
tak mangenalimu langsung” Ferdi mencium tangan Lheya dan menangis penuh haru
dengan pertemuan mereka yang tidak disengaja.
Lheya
pun memahami dan mengerti arti dari pelukan itu, pelukan penuh kerinduan, Lheya
pun tak ingin melepaskan dan ia sama halnya dengan Ferdi sama – sama merasakan
kerinduan yang mendalam.
Tanpa
disadari dan penuh kebetulan, tiba – tiba “beibh..” terdengar suara perempuan
memanggil, pelukan mereka spontan terlepas. Ferdi pun kaget karena yang
memanggil itu kekasihnya Elisa.
“Sayangg
“ Ferdi menyapa dengan salah tingkah
“Dia
siapa ? kok kalian terlihat begitu mesra dan sangat akrab. Ada hubungan apa
kalian, atau jangan – jangan kamu selingkuh di belakang aku beibh ?” tanya
Elisa penuh tanya dan kesal
“Tolong
jelasin sama aku, siapa dia. ?” Elisa mulai terpancing emosinya karena Ferdi
lama sekali menjelaskan.
“Emmmhhmm
mbak…”
“Sayang,
Ferdi memotong omongan Lheya dengan tiba – tiba. Dia Lheya, sahabat ku dulu
waktu SMA,” Ferdi mencoba menjelaskan secara singkat
“Kamu
gak pernah bilang beibh sama aku, kalo kamu punya temen deket cewek”
“Iya
sorry honey “ jawab Ferdi
“Lheya
ini sahabat sejati ku, susah senang sudah kami lewati bersama, telah banyak
yang kami rasakan dan lalui, aku merasa bersalah karena aku dulu pergi ke Singapore
tanpa memberitahunya, aku menyesal, aku sedih, meninggalkan sahabat ku dengan
cara yang misterius tanpa jejak. Dan disini tanpa sengaja Tuhan mempertemukan
sahabat yang lama aku rindukan.” Ferdi menjelaskan dengan Elisa, agar Elisa
tidak salah paham, namun dalam pandangan Elisa penuh tanda curiga, sebegitunya
Ferdi sama teman SMA nya ini. Namun, Lheya tak mau mencari masalah dengan
curiga yang belum tentu pasti.
“Oohh
begitu, hai Lheya, senang berkenalan dengan mu”
“Kayaknya
kita sudah pernah ketemu deh, tapi dimana yaaa…” ya memang Lheya pernah
mengantarkan bunga kepada Elisa dari Ferdi
Setelah
pertemuan itu, Lheya memang bahagia. Namun Lheya menyadari bahwa sahabat yang
ia sayanagi dan ia cintai selama ini bahkan yang ia tunggu selama ini sudah
memiliki seorang kekasih. Dan tentunya Lheya tak mungkin merebut Ferdi dari
Elisa. Bagi Lheya kebahagiaan Ferdi adalah kebahaggiaan dia juga. Ketau Ferdi
kembali itu sudah lebih dari cukup. Ia percaya cinta tak harus memiliki dan
jodoh sudah ada yang mengatur, dan jodohnya mungkin bukan Ferdi sahabatnya.
****
CERPEN
SAYA JUGA MANUSIA?
Terik
matahari tak membuatnya harus terhenti berjalan dan menyapa setiap orang yang dijumpainya dengan penuh
keramahan. Senyum yang mengembang ungkapan keramahan penuh kelaparan.
Mengarungi kehidupan yang keras memaksanya hidup dijalanan. Namun, tak
membuatnya rentan putus asa atau pun mengeluh kepada Sang Pencipta. Kehidupan
yang hanya dipandang sebelah mata oleh setiap manusia yang tak memiliki
kesadaran. Penuh kehinaan karena harus meminta-minta di jalanan demi sesuap
nasi. Usia yang sudah sangat tua,
setapak demi tapak ia ayunkan kaki dari barat ketimur dan sebaliknya. Makian
juga sering di dapat karena kehadirannya sebagai manusia pengganggu. “Saya juga
manusia” jerit Pak Warjo dalam hati.
Siang
itu, hujan turun sangat derasnya. Membasahi bumi sebagai karunia dari Tuhan
sebagai rezeki bagi manusia. Tidak banyak yang paham akan hal itu hanya sedikit
yang mau mengucapkan syukur. Pak Warjo pun bergegas lari mencari tempat untuk
berteduh. Ia pun berteduh di emperan kantor yang mewah, kebetulah ia
melewatinya, tanpa pikir panjang Pak Warjo langsung berlari demi melindungi
dirinya dari kebasahan karena hujan.
“Alhamdulillah
bisa berteduh juga”Gumam Pak Warjo dalam hati
Merasa
terganggu dengan kehadiran Pak Warjo yang hanya menumpang berteduh
sebentar membuat penjaga rela mengusir
Pak Warjo tanpa rasa kemanusiaan.
“Eh
pergi pergi sana pergi!!!”
“Maaf
Pak petugas, Saya boleh ya berteduh disini sebentar, sambil menunggu hujan
redah?”
“Tidak
boleh, kalau Bapak ada disini akan mengganggu keindahan kantor ini! Apa Bapak
tidak bisa melihat kantor ini bernuansa elite. Tempat kerjanya orang-orang yang
berkelas. Kalau Bapak ada disini akan mengganggu orang-orang yang akan datang
ke kantor ini. sebaiknya Bapak pergi!!!!” Petugas mengusir Pak Warjo tanpa
perasaan.
Tidak
ada pilihan lain, mengelak pun tak bisa. Memelas pun juga tak berguna bila
sudah berhadapan dengan orang yang tak punya hati nurani.
“Baik
Pak saya pergi?” Ucap Pak Warjo dengan
pelan
“Ya Allah..sebegitu
hinakah saya dimata manusia yang sesama para hamba-Mu..? kenapa saya begitu
dikucilkan dan dipandang sangat rendah. Saya juga manusia ya Allah..yang Engkau
ciptakan dengan kedua tangan-Mu sendiri.” Doa Pak Warjo
dalam hati. Ia pun berjalan ditengah turunnya hujan. Menikmati karunia Tuhan
dengan tangisan karena dipandang sebelah mata oleh setiap orang yang
dijumpainya. Tiba-tiba Pak Warjo melewati sebuah masjid, seketika Pak Warjo
melihat ke atas langit sembari berkata “Ya
Allah izinkan saya berteduh di rumah-Mu, dan jangan usir saya ya Allah seperti
mereka yang telah mengusir saya!” Pak Warjo pun langsung berlari ke Masjid
Al-Ikhlas kebetulan dia juga belum shalat Ashar. Pak Warjo pun shalat lalu
berdoa.
“Ya Allah apalah arti dari kemewahan apabila
semua kekayaan itu tidak bisa di syukuri. Dan apakah arti dari kehormatan
apabila tidak bisa menghormati orang lain. Dan apalah arti dari kedudukan
apabila kedudukan itu tidak bisa menyantuni para fakir seperti saya? Padahal
mereka semua itu sama fakirnya seperti saya, bukankah semua itu didapat dari
kemurahan-Mu ya Allah? Mengapa mereka lupa dari mana asalnya? Semoga Engkau
mengampuni mereka dan mengampuni saya! Amin..”
“Amin,,”
Pak
Warjo terkejut ketika dari arah belakang ada yang meng-aminkan doanya.
“Siapa
kamu nak?” Tanya Pak Warjo
“Saya
hamba Allah Pak, kebetulan sedang berteduh disini dan dari tadi saya shalat di
belakang Bapak.?”
“Kok
saya tidak tahu.?” Tanya Pak Warjo heran
“Mungkin
Bapak khusuk menghadap Allah jadi tidak mengetahui ada saya di belakang Bapak.”
“Jadi,
tadi kamu mendengar doa-doa saya.?”
“Insya
Allah.” Jawab pemuda itu singkat
“Siapa
namamu nak.?
“Furqan.
Bapak?” Pemuda itu balik bertanya
“Saya
Pak Warjo.”
“Sepertinya
Bapak lagi bersedih? Maaf jika saya selalu bertanya?”
“Tidak
apa-apa nak? Justru Bapak senang ada yang mau mengajak Bapak berbicara, tanpa
rasa jijik dengan penampilan Bapak yang hanya seorang pengemis jalanan.
Berbadan bau, kumal.?” Jawab Bapak sambil melihat tulisan Allah dilangit-langit
Masjid Al-Ikhlas.
“Semua
manusia itu sama Pak dimata Allah, yang membedakan hanya akhlaknya saja. Bagi
saya Bapak punya kedudukan yang jauh lebih tinggi daripada saya. Jadi, saya
harus menghormati Bapak dan akan sangat berdosa jika saya menghina Bapak.?”
Jawab pemuda itu tersenyum hangat
“Kenapa
kamu mengatakan kedudukan Bapak jauh lebih tinggi nak? Sedangkan kamu jauh
lebih baik daripada Bapak? Dari penampilanmu sepertinya kamu orang kaya, lalu
mengapa nak Furqan bisa mengatakan kalau kedudukan saya jauh lebih tinggi
daripada nak Furqan. Padahal secara nyata kedudukan nak Furqan yang lebih
tinggi.?” Jawab Pak Warjo keheranan
“Itukan
hanya dilihat dari mata duniawi Pak, bila dilihat dari mata Allah. Bapak jauh
lebih tinggi derajatnya, bahkan lebih kaya dari saya. Bapak mau tau kenapa?
“kenapa
nak?”
“Karena
Bapak kaya hati. Itu yang membuat saya berani mengatakan kalau Bapak jauh lebih
baik daripada saya. Bapak sudah makan?”
“Belum
nak. Hari ini Bapak belum dapat uang?” Jawab Pak Warjo memelas
“Ya
sudah, ayo makan sama saya?”
“Apa
kamu tidak malu nak mengajak Bapak makan bareng sama kamu, lihat penampilanmu
nak. Kamu memakai jas, baju rapi, orang kantoran, mobil mewah. Sedangkan Bapak
berbadan bau?”
“Itu
semua kan titipan Allah Pak bukan punya saya. Jadi, buat apa saya sombong
dengan kekayaan itu. Ada baiknya saya berbagi atas rezeki yang saya miliki.
Sebagai ungkapan syukur kita terhadap karunia yang diberikan. Ayo pak masuk ke
mobil saya?” Ajak pemuda itu dengan sangat ramah
“Rendah
hati sekali pemuda ini ya Allah, berkahilah dia.” Doa Pak Warjo dalam hati
15
menit kemudian Pak Warjo dan Furqan sampai ketempat tujuan, restaurant yang
sangat mewah dan berkelas. Pak Warjo pun terdiam.
“Ayo
Pak turun, kita makan?”
“Nak
apa ini tidak terlalu berlebihan, ini makanan tempat orang kaya nanti Bapak di
usir nak.?”
“Tidak
ada yang bisa mengusir Bapak selagi masih ada saya. Jadi, Bapak tenang saja?”
“Baiklah
nak, terimakasih atas kebaikan nak Furqan.”
“Iya
Pak sama-sama”
Lalu
mereka turun dan memasuki rumah makan yang membuat Pak Furqan tidak bisa
mengedipkan matanya. Karena baru pertama kali dalam seumur hidup dia masuk dan
bisa makan ditempat mewah dan berkelas. Mereka pun langsung memesan makanan,
semua makanan tersedia dimeja Pak Warjo dan Furqan. Furqan pun langsung
menawari Pak Warjo untuk segera dimakan. Lagi-lagi Pak Warjo terdiam termangu
dengan semua yang ada didepannya seakan mimpi saja baginya. Akhirnya Pak Warjo
pun makan setelah dilayani oleh Furqan sendiri. Usai makan Pak Warjo di ajak ke
kantor Furqan.
“Ayo
Pak ikut saya.!”
“Kemana
nak?” Tanya Pak Warjo bingung
“Ke
kantor saya Pak. Sekalian Bapak istirahat disana saja. Nanti Bapak ikut saya
pulang kerumah, Bapak jangan lagi hidup dijalanan. Bapak tinggal saja bersama
saya. Kebetulan saya sendirian dirumah dan hanya ada pembantu.”
“Loh
memang nak Furqan tidak punya orang tua lagi yah.?”
“Orang
tua saya sudah meninggal Pak, 3 tahun yang lalu. Meninggal kecelakaan pesawat
saat mau pulang ke Jakarta. Sekaran saya sendirian. Meneruskan usaha orang tua
saya. Bapak tidak keberatan kan tinggal sama saya. Anggap saja saya anak Bapak
sendiri begitu pun sebaliknya.”
Pak
warjo pun tidak bisa bilang apa-apa dia hanya mengangguk dan bergumam dalam
hati “Alangkah mulianya hati pemuda ini”. Mereka pun pergi ke kantor. Setibanya
di halaman kantor Pak Warjo di suruh turun terlebih dahulu dan menunggu di loby
kantor karena Furqan mau memparkirkan mobilnya. Alangkah terkejutnya Pak Warjo
melihat kantor ini. Karena di kantor inilah dia diusir oleh petugasnya. Namun,
Pak Warjo pun memberanikan masuk. Sesuai perintah Furqan. Tiba-tiba dari arah
kiri loby ada petugas menghampirinya tanpa basa-basi lagi mengusir Pak Warjo
untuk yang kedua kalinya.
“Heh
heh pergi pergi sana pergi.!!!!”
“Tapi
pak..???”
“Tidak
ada tapi-tapi…pergi sana pergi!!! Atau saya keluarkan dengan paksa!”
“Ada
apa ini ribut-ribut, kenapa kamu kasar sama Bapak ini? Apa salah dia? Apa dia
merusak kantor ini? kenapa kamu seperti tidak punya hati nurani kepadanya. Kamu
punya orang tua bukan? Tapi kenapa kamu tidak punya rasa sopan santun. Jangan
sekali-kali kamu menghina atau pun mengusir dia lagi!!! Atau kamu yang saya
pecat.! Kamu tau kenapa? Karena Bapak ini adalah orang tua saya. Kamu paham.!!
Saya tidak menyukai pribadi kamu? Sebaiknya kamu saya pecat, karena kamu
pribadi yang sombong tidak punya sopan santun kepada tamu. Pak Warjo ini tamu
dikantor saya. Kamu paham??” Furqan memarahi pegawainya
“Maafkan
saya Pak, maafkan ketidak tahuan saya
ini. saya janji tidak akan mengulangi hal memalukan seperti ini. Jangan pecat
saya Pak. Kalau saya dipecat anak dan istri saya mau makan apa?” Petugas itu
memohon dengan memelas.
“Sekarang
apa kamu paham saat kamu meminta agar tidak dipecat, kamu memohon-mohon kepada
saya. Apa itu tidak menunjukkan kalau kamu juga saya seperti Bapak ini. yang
sedang memohon dan meminta belas kasihan agar dikasihani. Tapi kenapa kamu
tidak mempunyai hati nurani kepada Pak tua yang berpakaian kumal ini.
seharusnya kamu sadar kalo kita ini sama. Yang membedakan kita akhlak.”
“Maafkan
saya Pak. Maafkan saya..!!”
“Sudah-sudah
nak Furqan tidak baik marah-marah kepada bawahan. Maafkan saja dia, kalau
nak Furqan memecat dia, bagaimana
keluarganya yang menaruh harapan kepadanya sebagai tulang punggung keluarga.
Maafkan dia nak.! Anggap saja dia khilaf. Sudah pak petugas, Bapak sudah
memaafkan kamu. Sekarang berdirilah. Cukup kau bersujud kepada Tuhan-Mu bukan
kepada saya. Sekarang berdirilah nak.?”
“Terimakasih
Pak, maafkan saya?”
“Lihat
Bapak ini! yang sudah kamu usir, kamu hina mau memaafkan kamu dan menolong kamu
biar kamu tidak dipecat. Mulai saat ini bersikaplah sopan kepada siapapun yang
datang ke kantor saya. Jadilah pribadi yang baik, karena saya menyukai pegawai
saya yang baik hati. Sekarang kembalilah bertugas.!”
“Iya
Pak. Saya berjanji tidak akan mengulanginya lagi.”
“Ayo
pak kita keruangan saya. Sambil Bapak istirahat, pulang nanti kita pergi ke
toko baju. Saya ingin membelikan baju buat Bapak.”
“Terimakasih
nak Furqan, tidak usah repot-repot. Bapak jadi tidak enak.?”
“Tidak
apa-apa Pak. Anggaplah ini sebagai bakti saya kepada Bapak. Karena saya sudah
menganggap Bapak seperti orang tua saya sendiri. Jadi, Bapak jangan sungkan
lagi yah sama saya.”
“Baiklah
nak kalau begitu.”
“Ya Allah…terimakasih
atas kebaikanmu. Selama ini saya hidup gelandangan dan tidak pernah dipandang
orang dengan pandangan yang baik. Setiap orang yang menghina, saya terima
dengan ikhlas. Hanya kepada-Mu lah hamba mengadukan semuanya. Disetiap
kelelahan saya tidak pernah putus asa. Demi sesuap nasi saya rela di marahi.
Demi segelas air saya rela dicaci maki, dan sekarang Engkau mendatangkan
seseorang yang berhati mulia. Menolong saya dan mau merawat saya di usia saya
yang sudah tua ini. walau saya seorang pengemis tua yang selalu dihina
dimanapun kaki saya berpijak. Tapi saya juga manusia, terimakasih Tuhan atas
semua keberkahan ini, hingga saya, Engkau beri kenikmatan yang luar biasa.
Ternyata dibalik orang yang berhati sombong, masih Engkau sisakan orang yang berhati
mulia, hati yang baik. Seperti nak Furqan. Alhamdulillah.”
*****
SRI MULYANI
Langganan:
Postingan (Atom)